Cara Mengajari Anak Membaca dengan Menyenangkan

Published date

Apakah Bunda sedang mencari cara mengajari anak membaca dengan mudah dan menyenangkan? Yah, saat ini ada sekolah-sekolah yang mensyaratkan anak sudah bisa membaca saat masuk ke kelas 1 Sekolah Dasar. Padahal, usia yang disarankan oleh para ahli pendidikan untuk anak belajar membaca adalah enam tahun.

Bunda tak perlu merasa terlalu khawatir dan terbebani dengan hal ini karena ada banyak cara mudah mengajari anak membaca. Bunda hanya perlu menstimulasi si Buah Hati membaca yang sesuai dengan usianya. Kegiatan membaca sebenarnya sudah bisa diperkenalkan kepada si Buah Hati saat ia masih bayi loh, Bunda. Tentu saja, Bunda yang membacakan buku sementara ia hanya mendengarkan dan merespons apa yang Bunda ceritakan, melihat gambar yang ada di buku, atau ikut serta memegang buku yang dibacakan.

Si Buah Hati baru paham bahwa ada cetakan tulisan di buku yang dibaca oleh Bunda saat ia memasuki usia toddler. Pada usia ini pula, ia akan ikut-ikutan membaca seperti yang Bunda lakukan. Ia juga biasanya sudah punya buku favorit dan biasanya akan meminta Bunda untuk membacakannya sampai berulang-ulang. Karena seringnya, kemungkinan besar ia akan hafal cerita buku tersebut, tapi tak bosan meminta dibacakan.

Saat memasuki usia prasekolah (usia 3-4 tahun), si Buah Hati mulai senang mengeksplorasi buku sendirian, apalagi dia sudah bisa membuka buku dan membalik halamannya. Namun membaca buku bersama Bunda dan membahas ceritanya tetap menjadi kegiatan yang ia sukai.

Pada usia ini pula, si Buah Hati biasanya akan berusaha untuk membaca yang benar. Apalagi ia sudah mulai mengenal sejumlah huruf dan angka (terutama huruf-huruf yang digunakan di namanya) juga cara menyebutkannya, serta mulai dapat mengeja suku kata.

Oleh karena itu, usia empat tahun merupakan usia yang tepat untuk Bunda mulai mengajarkan si Buah Hati dasar-dasar membaca. Lakukan dengan cara yang menyenangkan dan tidak memaksa, sehingga ia menikmati prosesnya.

Menurut para ahli, membaca buku cerita dengan suara merupakan cara cepat mengajari anak membaca yang efektif. Lakukan dengan ekspresif dan interaktif untuk membuat perhatiannya terfokus ke cerita yang dibacakan.

Cara Mengajari Anak Membaca

Berikut ini beberapa tips cara mengajari anak membaca dengan mudah dan menyenangkan yang dapat Bunda terapkan:

  • Jangan Ragu Berekspresi

Membaca dengan suara yang datar bisa membuat si Buah Hati menjadi cepat bosan dan menganggap kegiatan membaca tidak menarik. Karena itu, Bunda jangan ragu untuk berekspresi saat membaca, misalnya dengan menggunakan suara-suara yang lucu dan unik. Saat ada karakter hewan, Bunda bisa menambahkan suara yang khas dari hewan tersebut, misalnya “Meow”, “Mooo”, atau “Petok petok”.

  • Lakukan dengan Interaktif

Sesekali, Bunda bisa berhenti membaca dan bertanya kepada si Buah Hati, “Apa ya, yang akan terjadi kemudian?” Bisa juga Bunda meminta pendapatnya tentang ilustrasi yang digunakan untuk menggambarkan jalan cerita atau karakter dalam cerita. Bunda bisa jadi akan terkejut mendengar jawaban yang ia berikan.

  • Selipkan Kegiatan Menyanyi

Jika ada cerita yang berkaitan dengan lagu anak-anak yang dikenal oleh si Buah Hati, tak ada salahnya Bunda mengajak ia menyanyi bersama. Misalnya ada gambar pelangi di ilustrasi cerita, maka Bunda bisa mengajaknya menyanyikan lagu Pelangi. Atau jika diceritakan karakter utamanya naik kereta api, maka Bunda bisa menyanyikan lagu Naik Kereta Api.

  • Ajak Membaca Selain Buku

Huruf dan kata tidak hanya ada di dalam buku, tapi juga di mainan, kemasan produk, billboard, papan nama jalan, dan lainnya. Bunda bisa mengajaknya membaca kata-kata tersebut dan mengejanya. Cara mengajari anak belajar membaca ini menjadi selingan yang menyenangkan dari membaca buku.

Baca Juga: Cara Mengasah Otak Anak agar Cerdas

Tips Agar Anak Tidak Bosan Membaca

Bunda takut Si Buah Hati bosan dengan aktivitas membaca? Kabar baiknya, Bunda juga bisa menjadikan membaca sebagai kegiatan yang disukai si kecil.  Berikut cara yang bisa Bunda lakukan agar si kecil tidak bosan membaca:

1. Jadikan Membaca Sebagai Rutinitas

Jadikan membaca sebagai bagian yang menyenangkan dari kehidupan anak Anda. Hal ini bisa dimulai dengan menjadikan aktivitas membaca sebagai rutinitas harian. Buat waktu khusus membaca sebelum tidur atau saat naik kendaraan umum. Bunda juga bisa mulai mengoleksi buku untuk anak-anak atau mengajak mereka mengunjungi perpustakaan terdekat.

2. Jadilah Role Model

Anak-anak tentu akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Nah, Bunda bisa memanfaatkan hal ini untuk mendorong Si Buah Hati agar hobi membaca. Contohkan perilaku membaca yang baik. Jika anak-anak melihat Anda membaca, mereka akan cenderung ikut mengambil buku sendiri. Ini adalah cara mengajari anak membaca dan menulis yang cukup efektif.

3. Pilih Buku yang Disukai Anak

Agar si kecil tidak bosan membaca, pilih buku yang mencerminkan minat Si Buah Hati Cara ini akan membantu menjaga anak Anda terlibat dalam membaca. Bunda  juga dapat membiarkan anak Anda memilih buku sesuai minatnya sendiri, misalnya saja buku tentang dinosaurus dan semacamnya. 

Tips Agar Anak Dapat Belajar Membaca Dengan Cepat

Bunda pasti ingin si kecil bisa membaca dengan cepat. Membaca memang menjadi komponen penting dalam hal berbahasa. Ketika Si Buah Hati sulit membaca dengan lancar, bunda masih bisa melakukan strategi khusus sebagai cara cepat mengajari anak membaca tanpa mengeja. Berikut strategi tersebut:

1. Ajak Anak Membaca Ulang Buku Favoritnya

Selalu dorong anak Anda untuk membaca ulang buku-buku favoritnya. Bunda juga bisa ikut membaca buku favorit si Buah Hati agar semakin menyenangkan dan membuatnya bersemangat membaca.2 Semakin terbiasa anak Anda membaca buku tertentu, ia akan semakin fasih membacanya. Hal ini akan memberi mereka kepercayaan diri, akurasi, dan kecepatan yang diperlukan untuk membaca dengan lancar.

2. Bacakan Anak Buku dengan Suara Keras

Membaca dengan suara keras, bisa membantu si Buah Hati lebih cepat memahami bacaannya lho Bunda. Dengan cara ini, Bunda juga bisa mengajak anak berkomunikasi mengenai cerita yang sedang dibaca. Misalnya, Bunda bisa mengajukan pertanyaan “Apa yang sedang dilakukan jerapah ya?” sambil menunjuk gambar dalam buku.  

3. Ajak Anak Membaca Bergantian

Bunda juga bisa mengajak Si Buah Hati untuk   membaca sebuah kalimat dalam buku secara bergantian atau membaca dengan suara keras bersama. 

Untuk memastikan si Buah Hati memiliki amunisi yang cukup untuk belajar membaca, jangan lupa Bunda berikan asupan nutrisi yang adekuat.

Salah satunya dengan pemberian susu yang mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan anak usianya, Bunda bisa berikan ia DANCOW 3+ Imunutri.

DANCOW 3+ Imunutri mengandung 0 gram sukrosa serta  zat gizi atau nutrisi berupa zink, Vitamin C dan D,  DHA, serta omega-3 dan 6.

Menerapkan cara mengajari anak membaca jadi lebih mudah dilakukan jika si Buah Hati siap belajar dengan dukungan asupan nutrisi yang adekuat.

Image Article
Cara Mengajari Anak Membaca dengan Kegiatan yang Menyenangkan
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Apa Saja Sih, Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini?

Published date

Di usia dini seorang anak  akan mempelajari berbagai keterampilan untuk mendukung perkembangannya, salah satunya adalah keterampilan bahasa/komunikasi.

Proses untuk mempelajari berbagai keterampilan ini tidak berlangsung instan dan terbagi menjadi beberapa tahap. Namun, perkembangan bahasa anak usia dini misalnya, sudah dimulai sejak bayi lalu secara bertahap akan terus berkembang sampai ia kuasai dengan baik saat usianya lebih tua.

Keterampilan ini sangat penting untuk dikuasai si Buah Hati karena penggunaan bahasa merupakan cara ia untuk berkomunikasi. Selain itu, keterampilan bahasa juga akan  membantunya untuk mengekspresikan dan memahami perasaannya, membantunya berpikir, belajar, dan memecahkan masalah, serta membantunya membina hubungan dengan orang lain.

Keterampilan bahasa juga menjadi dasar si Buah Hati dalam belajar membaca dan menulis.

Untuk mengetahui apakah perkembangan bahasa anak usia dini sudah sesuai dengan kebanyakan anak seusianya, para ahli perkembangan anak membuat daftar tonggak perkembangan bahasa mulai dari usia 0-5 tahun.

Perlu Bunda pahami bahwa kecepatan tumbuh-kembang anak tidak selalu sama. Namun dengan adanya tonggak perkembangan ini, Bunda dan dokter anak akan mengetahui jika terjadi keterlambatan perkembangan bahasa si Buah Hati, sehingga bisa segera diambil tindakan untuk mencari penyebabnya.

Berikut ini adalah tahap perkembangan bahasa anak usia dini, serta tonggak perkembangannya, saat si Buah Hati sudah memasuki usia toddler (1-3 tahun). Yuk Bunda, disimak dan dipahami!

  • Usia 13 bulan

Si Buah Hati sudah dapat:

  • Menggunakan dan mengucapkan sekitar 10 kata yang sudah ia pahami artinya.
  • Memahami konteks kata tunggal dan mengucapkannya, kebanyakan berupa kata benda.
  • Merespon ucapan permintaan yang sederhana, misalnya “Duduk”, “Sini, nak”, atau “Kasih ke Bunda”.
  • Menggunakan gerakan-gerakan sederhana untuk menyampaikan maksudnya, misalnya melambaikan tangan dan menggelengkan kepala.
  • Membuat intonasi suara yang berbeda.
  • Mengucapkan “Mama”, “Papa”, “Bubu”, dan kata seruan seperti “O ow!”
  • Meniru kata-kata yang Bunda ucapkan.
     
  • Usia 18 bulan

Si Buah Hati sudah dapat:

  • Menggunakan dan mengucapkan 20 kata walaupun tidak jelas.
  • Merangkai dua buah kata sederhana.
  • Membuat gerakan sederhana ditambah kata yang tepat untuk menyampaikan maksudnya. Misalnya, “Nggak!” sambil menggelengkan kepala atau “Dadah!” sambil melambaikan tangan.
  • Menunjukkan jari ke sebuah benda sambil bertanya, “Apa?” dan meminta Bunda menyebutkan nama benda tersebut.
  • Mengacu kepada dirinya sendiri dengan menggunakan namanya.
     
  • Usia 24 bulan

Si Buah Hati sudah dapat:

  • Menggunakan dan mengucapkan 50 kata.
  • Memahami sebagian besar apa yang Bunda katakan.
  • Menunjuk benda atau gambar yang ada di buku saat Bunda sebutkan namanya.
  • Menyebutkan nama dari orang-orang yang dikenalnya.
  • Menyebutkan nama beberapa anggota tubuh.
  • Merangkai 2-3 kata sederhana menjadi kalimat, biasanya berupa kata benda dan kata kerja.
  • Mengerjakan apa yang diminta, misalnya, “Panggilkan Ayah, ya” atau “Taruh bukunya di meja”.
  • Mengulang kata-kata yang ia dengar saat diajak bicara.
     
  • Usia 36 bulan

Si Buah Hati sudah dapat:

  • Menggunakan dan mengucapkan 300 kata.
  • Sudah bisa mendengarkan saat diajak bicara tapi mudah terdistraksi.
  • Mengerjakan apa yang diminta sampai tiga langkah, misalnya, “Sendalnya dicopot ya, dan ditaruh di rak”.
  • Mengetahui nama benda-benda yang familiar.
  • Menyebutkan nama, umur, dan jenis kelamin.
  • Menyebutkan nama anak-anak lain yang ia anggap teman.
  • Mengucapkan aku, kamu, kita, serta kata-kata jamak.
  • Sudah bisa berbicara yang dipahami oleh orang yang tidak ia kenal.
  • Bisa mengobrol menggunakan 2-3 kalimat.

Baca Juga: Stimulasi untuk Membantu Si Buah Hati Belajar Kesehatan

Tonggak perkembangan bahasa anak usia dini sifatnya tidak pasti ya, Bun! Pasalnya, perkembangan ini bisa berlangsung lebih awal atau bisa berlangsung lebih lambat. Jika keterlambatannya berlangsung sampai berbulan-bulan, maka sebaiknya Bunda berkonsultasi dengan dokter anak agar dilakukan pemeriksaan.

Untuk mendukung perkembangan bahasa anak usia dini 0-6 tahun, pastikan kebutuhan nutrisinya tercukupi. Sebagai pelengkap pola makan sehat sehari-hari, Bunda bisa memberikan susu pertumbuhan sesuai dengan kelompok usianya.

Untuk Buah Hati usia toddler (1-3 tahun), Bunda bisa berikan Dancow 1+ Nutritods.

Susu pertumbuhan ini diformulasikan untuk anak usia 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium, protein, minyak ikan, omega-3 dan 6, serat pangan inulin, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Memahami berbagai aspek perkembangan bahasa anak usia dini akan membantu Bunda memberikan stimulasi dan nutrisi yang tepat untuk si Buah Hati.

Dilengkapi pula dengan Lactobacillus rhamnosus, mulai sekarang, yuk ambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan anak!

Jangan lupa untuk tetap memberikan nutrisi dukung tumbuh kembang Si Buah Hati dengan susu DANCOW. Bunda juga bisa tukarkan poin di program Parenting Rewards DANCOW. Yuk, tunggu apa lagi? Tukar poin sekarang!

Referensi:

  • CDC’s Developmental Milestones (2021) – CDC. Retrieved February 2, 2022, from https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/index.html
     
  • Language development in children: 0-8 years (2021) – Raising Children. Retrieved February 2, 2022, from  https://raisingchildren.net.au/babies/development/language-development/language-development-0-8
     
  • Stages of Speech and Language Development – NHS. Retrieved February 2, 2022, from https://www.hct.nhs.uk/media/2197/stages-of-speech-and-language-development.pdf
Image Article
Perkembangan bahasa anak usia dini
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

7 Masalah Kesehatan Anak dan Cara Mengatasinya

Published date

Buah Hati yang sehat, aktif, dan ceria merupakan kondisi yang diharapkan oleh para orang tua, termasuk Bunda. Saat ia sakit, Bunda mungkin akan merasa bersalah karena merasa kurang dapat menjaga dan merawatnya dengan baik.

Padahal, masalah kesehatan anak muncul karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan kadang hal tersebut tidak terhindari untuk terjadi.

Hal yang perlu Bunda pahami adalah sistem imun tubuh si Buah Hati belum terbentuk sempurna seperti orang dewasa. Ada banyak kuman di luar sana dan tubuhnya terus belajar untuk mengenali dan membentuk pertahanan terhadap kuman-kuman tersebut.

Tubuh si Buah Hati membutuhkan waktu untuk melakukan ini semua, sehingga ia cenderung menjadi sering sakit. Dalam setahun, ia bisa saja mengalami sakit ringan berkali-kali dan hal ini relatif normal.

Untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi dan menanganinya, tak ada salahnya Bunda mengetahui masalah kesehatan anak yang paling umum terjadi. Berikut ini tujuh di antaranya:

  • Asma

Asma muncul saat saluran udara di pernapasan si Buah Hati meradang. Penyebabnya bisa karena paparan alergen atau karena infeksi oleh virus dan bakteri. Gejalanya berupa napas yang berbunyi, batuk kering, dada terasa sesak atau nyeri, dan sulit bernapas.

Cara mengatasi asma adalah dengan menggunakan inhaler sesuai dengan petunjuk dokter anak. Jika kondisinya tidak mereda dalam beberapa jam, maka Bunda harus memeriksakan si Buah Hati ke dokter. 

  • Batuk-pilek

Batuk-pilek menjadi masalah kesehatan umum yang dialami anak, bahkan pada anak  prasekolah dan toddler (Usia 12 hingga 36 bulan) bisa mengalaminya 6-8 kali dalam setahun. Gejalanya adalah hidung tersumbat atau meler, mata berair, bersin-bersin, batuk ringan, dan demam ringan.

Cara mengatasi batuk-pilek adalah dengan memberi si Buah Hati cukup cairan dan memastikan ia mendapat istirahat yang cukup. Batuk-pilek tidak memerlukan antibiotik. Jika setelah 10 hari penyakit tidak mereda, Bunda bisa memeriksakannya ke dokter anak.

  • Cacar air

masalah kesehatan anak ini ditandai dengan demam dan munculnya bintik-bintik merah di tubuh yang terasa gatal. Setelah beberapa hari, bintik-bintik ini berubah menjadi benjolan berisi air dan akan pecah jika digaruk.

Saat si Buah Hati menderita cacar air, Bunda bisa memeriksakannya ke dokter anak. Jika cacar airnya tergolong ringan, maka Bunda bisa membantu meredakan rasa gatal dengan mandi menggunakan air dingin atau mengoleskan obat gatal.

  • Cacingan

Saat si Buah Hati merasa area anusnya gatal, maka bisa jadi ia menderita cacingan. Penyakit ini disebabkan oleh telur cacing yang masuk ke tubuh si Buah Hati, berkembang biak di saluran pencernaannya, lalu keluar lewat anus.

Cacingan dapat diatasi dengan mudah lewat konsumsi obat cacing sesuai dosis yang dianjurkan. Seluruh keluarga disarankan untuk juga mengonsumsi obat cacing untuk mencegah penularan.

  • Flu perut

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi di usus akibat konsumsi makanan yang tidak matang atau sudah rusak, sehingga terpapar bakteri. Gejalanya berupa diare, mual, muntah, kram perut, dan kadang terjadi demam.

Kebanyakan flu perut tidak serius dan akan sembuh dengan cepat. Pastikan si Buah Hati mendapat cukup cairan untuk mencegah dehidrasi akibat diare.

Baca Juga: Ide Menu Harian Anak yang Sudah Disapih

  • Infeksi saluran kencing (ISK)

Saat bakteri masuk ke saluran kencing dan berkembang biak di sana, maka si Buah Hati kemungkinan besar saluran kencing akan meradang akibat infeksi.

Kondisi ini membuatnya merasa nyeri atau seperti terbakar saat buang air kecil, frekuensi buang air kecil meningkat, bahkan ia bisa mengompol karena tidak sempat ke kamar mandi.

Untuk mengatasinya, Bunda perlu memeriksakan si Buah Hati ke dokter anak untuk mendapatkan obat yang sesuai dengan jenis bakteri yang menginfeksi.

  • Radang tenggorokan

masalah kesehatan anak ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, dan paparan asap rokok. Tenggorokan yang meradang umumnya terasa nyeri, gatal, dan membuat si Buah Hati merasa sakit untuk menelan.

Jika radang disebabkan oleh bakteri, maka ia perlu mengonsumsi antibiotik secara penuh. Namun jika penyebabnya bukan bakteri, maka cara mengatasinya mirip dengan batuk-pilek.

 

Agar si Buah Hati terlindungi dari masalah kesehatan anak, Bunda bisa memberinya susu pertumbuhan yang mengandung bakteri probiotik untuk menjaga kesehatan saluran cerna.  Dengan saluran cerna yang sehat, maka kondisi sistem imunnya juga menjadi lebih baik.

Bunda bisa juga memberikan Dancow 5+ Nutritods kepada si Buah Hati.  Susu pertumbuhan ini mengandung 0 gram sukrosa, tinggi kandungan zink, Vitamin C, minyak ikan, omega-3 dan 6, serta serat pangan.

Dilengkapi pula dengan Lactobacillus rhamnosus, mulai sekarang, yuk ambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan anak!

Jangan lupa untuk tetap memberikan nutrisi dukung tumbuh kembang Si Buah Hati dengan susu DANCOW. Bunda juga bisa tukarkan poin di program Parenting Rewards DANCOW. Yuk, tunggu apa lagi? Tukar poin sekarang!

Referensi:

  • Should I Be Worried If My Child Gets Sick Too Often? (2021) – University of Utah Health. Retrieved January 31, 2022, from https://healthcare.utah.edu/the-scope/shows.php?shows=0_5nzgsffm
     
  • 10 Common Childhood Illnesses and Their Treatments (2019) – American Academy of Pediatrics. Retrieved January 31, 2022, from https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/treatments/Pages/10-Common-Childhood-Illnesses-and-Their-Treatments.aspx
     
  • Childhood Illnesses: 10 Most Common Conditions in Children (2021) – Ministry of Health Singapore. Retrieved January 31, 2022, from https://www.healthhub.sg/a-z/diseases-and-conditions/640/top-10-common-childhood-conditions-ehb
     
  • Young children’s health: what to expect (2021) – Raising Children. Retrieved January 31, 2022, from https://raisingchildren.net.au/toddlers/health-daily-care/health-concerns/young-children-s-health
     
  • If You Want To Boost Immunity, Look The Gut. Retrieved January 31, 2022, from https://connect.uclahealth.org/2021/03/19/want-to-boost-immunity-look-to-the-gut/
     
  • Probiotics: What You Need To Know, Retrieved January 31, 2022, from https://www.nccih.nih.gov/health/probiotics-what-you-need-to-know
Image Article
Masalah kesehatan anak
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Inilah Cara Optimalkan Periode Emas Pertumbuhan Anak!

Published date

Bunda pasti sudah tidak asing dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang disebut sebagai periode pertumbuhan anak yang paling penting.

Disebut juga sebagai periode emas, pada 1000 HPK lah otak Buah Hati mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Bunda dapat membantu mengoptimalkan pertumbuhan otaknya pada periode ini dengan pola makan sehat dan asupan nutrisi yang seimbang, termasuk untuk Bunda.

Makanya, hal ini jadi penting untuk Bunda pahami. Untuk mengetahui lebih lanjut, yuk simak informasi periode pertumbuhan anak berikut ini!

Periode pertumbuhan anak pada 1000 HPK

Periode 1000 HPK si Buah Hati berlangsung mulai dari konsepsi sampai usianya mencapai dua tahun. Mengapa periode pertumbuhan anak ini sangat penting?

Pasalnya, di periode inilah terbentuk fondasi dari pertumbuhan, perkembangan syaraf, dan kesehatan yang optimal. Fondasi ini yang menjadi dasar kehidupan si Buah Hati di masa depan.

Kondisi ini bisa terjadi karena pada periode pertumbuhan anak ini, otak si Buah Hati mengalami proses pertumbuhan yang paling cepat, terutama pada trimester terakhir kehamilan sampai ia berusia dua tahun.

Pada usia kehamilan lima bulan, otak si Buah Hati masih terlihat seperti biji kopi yang halus dan mulus. Namun saat ulang tahun yang kedua, otaknya sudah tumbuh mencapai 80 persen dari otak orang dewasa.

Menurut IDAI, tumbuh-kembang si Buah Hati sebaiknya dipantau dengan seksama pada periode 1000 HPK ini. Sehingga jika ada gangguan tumbuh-kembang, maka bisa segera ditindaklanjuti. Gangguan tumbuh-kembang yang dimaksud, yakni antara lain:

  • Penyimpangan pertumbuhan, misalnya status gizi kurang atau buruk, tubuhnya pendek untuk usianya.
  • Penyimpangan perkembangan, misalnya terlambat bicara atau berjalan.
  • Penyimpangan mental-emosional anak, misalnya gangguan konsentrasi dan hiperaktif.

Baca Juga: 3 Manfaat Lactobacillus rhamnosus untuk Daya Tahan Tubuh Si Buah Hati

Mengoptimalkan Periode Pertumbuhan Emas Anak

Menurut UNICEF South Asia, 10 intervensi yang dilakukan pada periode 1000 HPK berikut ini telah terbukti dapat membantu Buah Hati untuk menjalani tumbuh-kembang yang optimal untuk meraih potensinya.

  1. Bunda menyusui si Buah Hati, mulai dari satu jam pertama kehidupannya, untuk membantu melindunginya dari infeksi dan risiko kematian.
  2. Bunda memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan si Buah Hati.
  3. Pemberian ASI yang dilengkapi MPASI setelah usia si Buah Hati mencapai enam bulan.
  4. Pemberian makanan yang cukup dan sesuai dengan umur si Buah Hati pada 6-24 bulan. Pastikan makanan yang diberikan bervariasi agar nutrisi yang didapatkan dari makanan juga variatif.
  5. Praktik kebersihan yang baik dan selalu mencuci tangan sebelum makan untuk mencegah kuman masuk ke dalam tubuh si Buah Hati.
  6. Pemberian suplementasi Vitamin A dan zat besi, serta pemberian obat cacing, untuk mencegah si Buah Hati mengalami defisiensi nutrisi dan melindunginya dari penyakit.
  7. Pemberian makanan kaya nutrisi yang lebih sering saat si Buah Hati sedang sakit atau saat masa pemulihan.
  8. Pemberian makanan dan perawatan yang tepat untuk membantu menyelamatkan jiwa Buah Hati yang memiliki status gizi sangat buruk.
  9. Meningkatkan asupan nutrisi bagi remaja perempuan, pola makan sehat, serta pemberdayaan untuk memastikan kecukupan nutrisi anak-anak mereka di masa depan.
  10. Memperbaiki asupan nutrisi untuk ibu hamil dan menyusui agar anak-anak mereka terlahir sehat dan mengalami tumbuh-kembang yang optimal.

Dari 10 cara intervensi ini, Bunda dapat melihat bahwa asupan yang kaya nutrisi, baik bagi Bunda pada masa kehamilan dan menyusui maupun bagi si Buah Hati saat ia sudah bisa mengonsumsi MPASI, sangatlah krusial pada periode pertumbuhan anak ini.

Sementara itu, IDAI menyarankan Bunda untuk menerapkan pola Asuh, Asih, Asah untuk memenuhi kebutuhan dasar si Buah Hati dalam periode pertumbuhan anak ini. Apa itu Asuh, Asih, Asah? Berikut jawabannya:

  • Asuh: Pemenuhan kebutuhan fisik-biomedis, termasuk pemberian ASI, nutrisi yang sesuai, kelengkapan imunisasi, pengobatan bila anak sakit, tempat tinggal yang layak, kebersihan diri dan lingkungan, rekreasi, dan bermain.
  • Asih: Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang.
  • Asah: Pemenuhan kebutuhan stimulasi mental yang merupakan dasar dari proses belajar si Buah Hati.

Begitu pentingnya asupan nutrisi pada 1000 HPK si Buah Hati, maka setelah ia berusia satu tahun, Bunda dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan pemberian susu pertumbuhan DANCOW 1+ Nutritods.

Susu pertumbuhan ini diformulasikan untuk anak usia 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium, protein, minyak ikan, omega-3 dan 6, serat pangan inulin, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Setelahnya, lanjutkan dengan pemberian DANCOW 3+ Nutritods yang mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega-3 dan 6, serat pangan, tinggi Vitamin A dan C, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Bunda juga bisa mendapatkan inspirasi pola makan yang sehat dan kaya nutrisi untuk si Buah Hati melalui Piring Nutrisi Dancow. Dengan demikian, Bunda menjadi lebih yakin bahwa kebutuhan nutrisi si Buah Hati dapat tercukupi pada periode pertumbuhan anak ini.

Jangan lupa untuk tetap memberikan nutrisi dukung tumbuh kembang Si Buah Hati dengan susu DANCOW. Bunda juga bisa tukarkan poin di program Parenting Rewards DANCOW. Yuk, tunggu apa lagi? Tukar poin sekarang!

 

Referensi:

  • The first 1,000 days of life: The brain’s window of opportunity (2013) – UNICEF Office of Research-Innocenti. Retrieved January 30, 2022, from https://www.unicef-irc.org/article/958-the-first-1000-days-of-life-the-brains-window-of-opportunity.html 
     
  • Your Baby’s First 1,000 Days: AAP Policy Explained (2018) – American Academy of Pediatrics. Retrieved January 30, 2022, from https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/Pages/Babys-First-1000-Days-AAP-Policy-Explained.aspx 
     
  • Pentingnya Pemantauan Tumbuh Kembang 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak (2017) – IDAI. Retrieved January 30, 2022, from https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pentingnya-pemantauan-tumbuh-kembang-1000-hari-pertama-kehidupan-anak 
     
  • 10 proven nutrition interventions (2018) – UNICEF South Asia. Retrieved January 30, 2022, from  https://www.unicef.org/rosa/stories/10-proven-nutrition-interventions
Image Article
Periode pertumbuhan anak
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Mengenal Speech Delay dan Dampak Psikologisnya pada Anak

Published date

Akhir-akhir ini, banyak orang  yang  dengan  mudahnya  berkata  anak  mengalami  speech delay saat  melihatnya  tidak  banyak  bicara.  Padahal, anak yang tidak banyak bicara pun belum tentu mengalami speech delay. Lagipula, speech delay bukan merupakan diagnosis yang dapat langsung diberikan  pada  anak  dalam  waktu  singkat.  Speech delay adalah kondisi saat Si Buah Hati tidak menunjukkan kemampuan bahasa dan bicara yang sesuai dengan level usianya. Maka dari itu, sebelum menyatakan Si Buah Hati mengalami speech delay, Bunda perlu mengetahui perkembangan bahasa anak usia dini (toddler dan prasekolah).

 

Perkembangan bahasa anak usia dini (toddler dan prasekolah) meliputi tiga tahap berikut:

  • Usia diatas 12 bulan hingga 24 bulan. Setelah melalui satu tahun  pertamanya,  Si Buah Hati sudah mengenali dan  mulai  mampu  menyebutkan  nama  benda  yang ada di  sekitarnya.  Mereka  juga  sudah dapat mengenali diri dan orang-orang yang sering berinteraksi dengannya. Si Buah Hati pun idealnya sudah mampu mengkombinasikan dua kata saat berbicara.

  • Usia 2 hingga 3 tahun. Di usia ini, Si Buah Hati sudah mampu bertanya menggunakan kata tanya “siapa”, “apa”, “di mana”. Mereka juga sudah memahami instruksi dan menjawab pertanyaan sederhana. Biasanya, Si Buah Hati mampu menyusun kalimat sederhana dengan tiga hingga empat kata.

  • Usia 3 hingga 5 tahun. Saat berada di rentang usia ini, kosakata yang dimiliki Si Buah Hati akan semakin banyak. Si Buah Hati juga mulai dapat bercerita dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Idealnya, mereka mampu berbicara dengan menggunakan lima hingga tujuh kata.

 

Dari penjelasan singkat di atas, Bunda dapat mulai mengidentifikasi apakah Si Buah Hati mengalami speech delay.  Ada  baiknya  Bunda  berkonsultasi  dengan  psikolog  maupun dokter anak sebelum menyatakan Si Buah Hati mengalami speech delay. Dengan berkonsultasi, Bunda juga dapat mengetahui tindakan  yang  perlu  dilakukan  untuk mendampingi Si Buah Hati, karena kondisi speech delay akan berpengaruh pada perkembangan Si Buah Hati.

 

Kondisi speech delay sangat memengaruhi perkembangan Si Buah Hati, terutama perkembangan sosial-emosionalnya. Dari sisi emosi, anak yang mengalami speech delay cenderung mengalami masalah emosi, contohnya mudah marah. Hal ini  dikarenakan terbatasnya kemampuan Si Buah  Hati  untuk  mengekspresikan  pikiran  dan  perasaannya dalam bentuk  kata-kata.  Orang-orang  yang  ada  di  sekitar  Si  Buah  Hati  menjadi  tidak paham  dan  tidak  dapat  memenuhi  apa  yang  dibutuhkan  anak.  Karena   merasa keinginannya tidak terpenuhi, Si Buah Hati pun dapat menampilkan perilaku marah.

 

Lebih lanjut, dari sisi sosial, anak yang mengalami speech delay cenderung kurang percaya diri dan menarik diri dari pergaulan. Si Buah Hati dapat menilai dirinya lebih buruk daripada teman-temannya sehingga sering menolak saat diminta melakukan sesuatu.  Lebih  lanjut, kondisi ini juga membuat Si Buah Hati merasa tidak nyaman saat berinteraksi dengan teman-temannya sehingga cenderung memilih untuk menyendiri.

 

Setelah mengenali tanda dan mengetahui dampak speech delay,  yang  menjadi pertanyaan berikutnya adalah “Apa yang dapat Bunda lakukan sebagai orangtua?” Bunda tentu berharap Si Buah Hati tidak mengalami speech delay. Maka dari itu, stimulasi adalah hal yang sangat perlu dilakukan. Bunda dapat memperkenalkan Si Buah Hati dengan berbagai objek di sekitarnya sedini mungkin, mengajak Si Buah Hati berinteraksi tentang hal yang dibaca dan dilihatnya, membacakan cerita  sebelum  tidur,  serta  melakukan permainan yang dapat meningkatkan kosakata Si Buah Hati.

 

Selain memberikan stimulasi yang tepat, penuhi juga kebutuhan nutrisi harian Si Buah Hati agar tumbuh kembang berlangsung optimal. Nah, Bunda dapat melengkapi kebutuhan nutrisinya dengan memberikan segelas DANCOW Nutritods sesuai tahapan usianya.

 

DANCOW 1+ Nutritods adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus. Sementara DANCOW 3+ Nutritods adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus. Nah, bila Si Buah Hati telah berusia 5 tahun ke atas, Bunda bisa memberikan DANCOW 5+ Nutritods. DANCOW 5+ Nutritods mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zink, vitamin C, vitamin B6, B12, biotin, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

 

 

Referensi:

Agustian, R. (2021). Problematika Speech Delay dari Sisi Psikologis: Peran Ayah Krusial dalam Perkembangan Bicara Anak. Retrieved December 22, 2021 from https://herstory.co.id/read33587/problematika-speech-delay-dari-sisi-psikologis-peran-ayah-k rusial-dalam-perkembangan-bicara-anak

Marotz, L. R., & Allen, K. E. (2013). Developmental profiles: Pre-birth through twelve. Wadsworth: Cengage Learning.

Van den Heuvel, M., Ma, J., Borkhoff, C. M., Koroshegyi, C., Dai, D., Parkin, P. C., Maguire, J. L., Birken, C. S., & TARGet Kids! Collaboration (2019). Mobile Media Device Use is Associated with Expressive Language Delay in 18-Month-Old Children. Journal of developmental and behavioral pediatrics, 40(2), 99–104.

Image Article
Mengenal Speech Delay dan Dampak Psikologisnya pada Anak
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Speech Delay Karena Gadget? Ini Tips Mencegahnya!

Published date

“Duh anaknya nonton gadget terus, makanya belum lancar bicara sampai sekarang!” “Jangan sampai kecanduan gadget, nanti bisa jadi speech delay!” Bunda  sering mendengar kalimat itu? Atau mungkin Bunda sendiri pernah menyatakan hal yang serupa? Penelitian terkait dampak gadget terhadap perkembangan bahasa anak memang telah banyak dilakukan, dan hampir seluruhnya menyatakan anak yang terpapar  gadget cenderung mengalami speech delay. Speech delay adalah kondisi saat Si Buah Hati tidak menunjukkan kemampuan bahasa dan bicara yang sesuai dengan usianya  (Van  den Heuvel et al., 2019).

Penelitian yang disampaikan Dr. Catherine Birken dalam Pediatric Academic Societies Meeting tahun 2017 menyatakan bahwa 20% anak usia sekitar 18 bulan menghabiskan rata-rata waktu 30 menit untuk menggunakan gadget, dan hal ini meningkatkan  risiko speech delay sebanyak 49% (Birken, 2017). Menariknya, penelitian ini tidak menyimpulkan penggunaan gadget sebagai faktor penyebab speech delay. Hal  ini  dikarenakan  ada banyak faktor yang dapat menyebabkan  speech  delay,  misalnya  gangguan perkembangan, masalah pendengaran, gangguan struktur di area mulut, interaksi sehari-hari, serta stimulasi yang diberikan (Birken 2017).

Baca Juga: 3 Stimulasi Sederhana untuk Membantu Si Buah Hati Belajar Menjaga Kesehatan

Ada anak yang terpapar gadget, namun tidak mengalami  speech  delay  kok,  Bunda! Artinya, gadget bukan penyebab utama speech delay. Bahkan, gadget bisa menjadi salah satu media belajar meningkatkan kemampuan bahasa dan bicara  (Dalton  &  Grisham, 2011). Fakta ini tentunya melegakan, karena menghindari gadget cukup sulit dilakukan di situasi sekarang. Lantas, sebenarnya, apa yang membuat gadget dapat menstimulasi perkembangan bahasa Si Buah Hati?

  1. Tampilan visual. Salah satu kelebihan gadget adalah adanya tampilan visual. Melalui gadget, Si Buah Hati  akan  melihat gambar dengan warna yang menarik. Tampilan ini akan membuat Si Buah Hati lebih memahami arti dari suatu kata. Misalnya, ketika Si Buah Hati mendengar kata “apel”, kemudian melihat gambar apel di gadget, Si Buah Hati akan paham bahwa apel berbentuk bulat,  berwarna  merah.  Ia  tidak hanya sekedar mengingat apel sebagai buah. Tahukah Bunda,  bahwa perkembangan kosakata Si Buah Hati bergantung pada keterkaitan antara kata dengan ciri dari kata tersebut? Ketika Si Buah Hati dapat membuat keterkaitan, ia akan lebih mudah untuk mengingat dan memahami kata  tersebut  (Dalton  & Grisham, 2011).
     

  2. Pilihan aktivitas. Ada banyak aktivitas seru yang dapat dilakukan melalui gadget, contohnya menonton video dan bermain games. Secara tidak langsung, aktivitas ini membantu Si Buah Hati untuk belajar. Ketika Si Buah Hati belajar dengan cara yang menyenangkan, ia akan dengan mudah menerima informasi yang disampaikan (Dalton & Grisham, 2011). Saat ini, banyak tayangan video yang fokus untuk mengenalkan Si Buah Hati pada lingkungan sekitar. Tayangan ini dikemas secara menarik, misalnya melalui lagu, sehingga lebih mudah diingat Si Buah Hati. Lalu, permainan yang  tersedia  di  gadget  dapat  membantu  Si  Buah  Hati  mengingat kembali kosakata yang sudah dipelajarinya (Van den Heuvel et al., 2019).
     

  3. Kesempatan mengekspresikan kata-kata. Gadget dianggap berbahaya karena tidak melibatkan interaksi dua arah. Padahal, faktanya tidak selalu demikian. Beberapa tayangan video memberikan kesempatan kepada Si Buah Hati untuk mengulang kembali kata-kata yang disebutkan.  Ada  pula  yang meminta Si Buah Hati untuk menyebutkan kata-kata yang ada di sekitarnya. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan gadget sebenarnya dapat berlangsung dua arah (Dalton & Grisham, 2011). Meski demikian, Si Buah Hati belum benar-benar paham instruksi yang diberikan. Maka dari itu, orang tua perlu membantu Si Buah Hati dengan cara memberikan panduan apa yang harus dilakukan Si Buah Hati.

Nah, Bunda sudah tahu kan bahwa gadget tidak selalu menyebabkan Si Buah Hati mengalami speech delay? Bahkan, gadget sebenarnya dapat membantu Bunda mengoptimalkan kemampuan bahasa dan bicara Si Buah Hati. Namun, Bunda perlu ingat untuk tetap mendampingi Si Buah Hati agar penggunaan gadget benar-benar bermanfaat untuk perkembangannya. Berikut merupakan tips yang dapat Bunda lakukan saat mendampingi Si Buah Hati menggunakan gadget:

  1. Batasi durasi penggunaan gadget. Bunda perlu memberikan batasan durasi penggunaan gadget bagi Si Buah Hati. Apabila Si Buah Hati berusia di bawah usia 2 tahun, Bunda tidak direkomendasikan untuk  memaparkan  gadget.  Apabila  Si  Buah Hati ada di rentang usia 2 hingga 5 tahun, rekomendasi durasi penggunaan gadget adalah maksimal 1 jam setiap harinya. Setelah berusia 5  tahun,  Bunda  dapat membatasi durasi penggunaan  gadget  maksimal  2  jam  per  hari.  Batasan  ini membuat Si Buah Hati dapat mengalokasikan waktu untuk kegiatan lain, misalnya berinteraksi dengan orang tua serta bermain dengan teman seusianya (Australian Institute of Family Studies, 2021).
     

  2. Perhatikan tayangan yang ditonton Si Buah Hati. Apabila Bunda memperbolehkan Si Buah Hati menonton melalui gadget, Bunda dapat memilihkan tayangan edukatif, yaitu tayangan yang mengandung unsur pendidikan. Selain itu, Bunda juga perlu memperhatikan rating tayangan yang biasa tertera di bagian kanan atau kiri atas layar. Bunda dapat memberikan tayangan berdasarkan usia Si Buah Hati. Tayangan dengan tanda SU (Indonesia) atau G (internasional) dapat ditonton oleh anak di segala usia. Sementara itu, tayangan dengan tanda P boleh disaksikan anak usia prasekolah (2-6 tahun).
     

  3. Bangun interaksi dengan Si Buah Hati. Bunda mungkin membiarkan Si Buah Hati bermain gadget agar Bunda dapat melakukan aktivitas lain. Hal ini sebaiknya tidak dilakukan. Bunda tetap perlu mendampingi Si Buah  Hati  karena  pendampingan yang dilakukan Bunda dapat memberikan stimulasi yang lebih optimal bagi Si Buah Hati (Dalton & Grisham, 2011). Interaksi yang dilakukan dipercaya menjadi faktor preventif speech delay pada anak yang terpapar gadget (Birken, 2017). Ada banyak hal yang dapat Bunda lakukan saat mendampingi Si  Buah  Hati menggunakan gadget, misalnya mengajak Si Buah Hati menyebutkan warna-warna yang ada di layar, mengajak Si Buah Hati ikut berhitung ketika menonton tayangan berhitung, hingga mendorong Si Buah Hati berimajinasi untuk  menciptakan kelanjutan cerita.

Penggunaan gadget di usia dini memang berpotensi menyebabkan Si Buah Hati mengalami speech  delay.  Namun, sebenarnya gadget juga bisa menjadi salah satu sarana belajar untuk Si Buah Hati. Untuk itu, Bunda harus mendampingi penggunaan gadget agar Si Buah Hati memperoleh manfaat optimal dari penggunaan gadget. Ingat, interaksi yang Bunda lakukan bersama Si Buah Hati dapat meminimalisir potensi Si Buah Hati mengalami kecanduan gadget.

Selain memastikan stimulasinya berlangsung optimal, Bunda juga perlu memastikan Si Buah Hati nutrisi hariannya terpenuhi. Nah, untuk melengkapi kebutuhan nutrisinya, Bunda dapat memberikan segelas DANCOW Nutritods sesuai tahapan usianya.

DANCOW 1+ Nutritods adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus. Sementara DANCOW 3+ Nutritods adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus. Nah, bila Si Buah Hati telah berusia 5 tahun ke atas, Bunda bisa memberikan DANCOW 5+ Nutritods. DANCOW 5+ Nutritods mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zink, vitamin C, vitamin B6, B12, biotin, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Referensi:

  • Australian Government: Australian Institute of Family Studies. (2021). Too much time on screens? Screen time effects and guidelines for children and young people. Retrieved 11 November 2021 from https://aifs.gov.au/cfca/2021/08/05/too-much-time-screens-screen-time-effects-and-guidelin es-children-and-young-people
     

  • Birken, C.S. (2017, May 6-9). Handled screen time linked with speech delays in young children. [Presentation]. Pediatric Academic Societies Meeting, San Francisco, California.
     
  • Dalton, B., & Grisham, D.L. (2021). Ways to Use Technology to Build Vocabulary. Retrieved from https://www.readingrockets.org/article/10-ways-use-technology-build-vocabulary
     
  • Van den Heuvel, M., Ma, J., Borkhoff, C. M., Koroshegyi, C., Dai, D., Parkin, P. C., Maguire, J. L., Birken, C. S., & TARGet Kids! Collaboration (2019). Mobile Media Device Use is Associated with Expressive Language Delay in 18-Month-Old Children. Journal of developmental and behavioral pediatrics, 40(2), 99–104.
Image Article
Gadget Membuat Anak Speech Delay! Benar Gak Ya?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Co-parenting Kompak bersama Nenek dan Kakek

Published date

“Anak jangan dibiarin pakai tangan kiri dong, nggak sopan, nanti jadi kidal!” Pernahkah Bunda mendengar mitos-mitos seperti itu? Ada banyak sekali  kepercayaan  akan  cara  pengasuhan tertentu yang diajarkan turun temurun dalam keluarga. Nah, kerap kali hal ini  jadi  salah  satu sumber konflik nih dalam co-parenting  bersama  nenek  dan  kakek.  Karena  berbagai  alasan, kerap kali Bunda perlu menitipkan Si Buah Hati pada nenek dan kakeknya. Apalagi  di  masa pandemi ini, banyak orangtua yang memilih  meminta  bantuan  nenek  dan  kakek  dalam mengasuh anak, daripada menggunakan jasa pengasuh.

 

Sebuah studi di Indonesia pada tahun 2018 menunjukkan bahwa 43,18%  nenek  dan  kakek tinggal bersama keluarga inti. Fenomena ini sering juga disebut sebagai keluarga multigenerasi, yaitu saat tiga atau  lebih  generasi  tinggal  dalam  satu  rumah.  Ketika  dua  generasi bersama-sama  mengurus  anak  maka  akan  muncul  peran  ganda  di  dalam  keluarga,  misalnya di saat yang bersamaan Bunda menjadi orangtua bagi Si Buah Hati sekaligus menjadi anak dari nenek  dan  kakek.  Peran  ganda  ini  seringkali  membuat  batasan  menjadi  ambigu  dan berpotensi  memunculkan  konflik,  apalagi   ketika   terdapat   ketidakseimbangan   kewenangan atau otoritas di dalam rumah (power imbalance) (Antawati, 2020).

 

Meskipun berpotensi menimbulkan konflik, namun Bunda perlu tahu bahwa  ada  banyak manfaat juga lho dari  keterlibatan  nenek dan kakek dalam pengasuhan Si Buah Hati! Bila Bunda dan Ayah dapat menjalin relasi yang harmonis dengan nenek dan kakek, ini menjadi contoh bagi anak dalam berinteraksi, mengelola konflik dan menyelesaikan masalah dengan orang lain. Beberapa manfaat co-parenting lainnya adalah  orangtua  memiliki  kesempatan untuk beristirahat, memiliki teladan dan penguatan dari pengalaman pengasuhan nenek dan kakek sebelumnya, serta anak menjalin relasi yang lebih kuat dengan nenek dan kakeknya (Abdullah, 2020; Antawati, 2020).

 

Simak tips berikut untuk membangun co-parenting kompak bersama nenek dan kakek! (Wright, 2020)

  1. Pastikan kesediaan nenek dan kakek sebelum melibatkan mereka dalam pengasuhan Si Buah Hati. Hal ini penting untuk memastikan bahwa mengasuh cucu tidak justru menjadi beban bagi mereka. Selain itu, nenek dan kakek juga perlu memiliki kondisi kesehatan yang baik agar mereka mampu menjaga anak serta tidak mencelakakan diri sendiri.

  2. Pastikan Bunda dengan nenek dan kakek memiliki relasi dan kepercayaan yang baik, satu sama lain. Jika Bunda masih memiliki perasaan yang mengganjal atau trauma terhadap orang tua, komunikasikan dan selesaikan terlebih dahulu.  Bangun kepercayaan dengan terlebih dahulu melihat bagaimana nenek dan  kakek  merawat anak saat ada Bunda di sampingnya.

  3. Komunikasikan aturan agar nilai-nilai pengasuhan serta kebiasaan Si Buah Hati yang sudah Bunda bangun dapat  berjalan  selaras  serta konsisten dengan nenek dan kakek. Hal ini penting untuk mengantisipasi anak diasuh dengan terlalu keras atau malah terlalu dimanjakan oleh nenek dan kakek.

  4. Buat jadwal pengasuhan harian misalnya kapan anak harus tidur siang, jam makan, dan waktu camilan. Beri tahu kondisi anak, apakah memiliki alergi atau ceritakan kebiasaan anak dan cara kita mengatasi kondisi tertentu.

  5. Minta nenek dan kakek untuk mengkomunikasikan pada Bunda mengenai segala pertimbangan sebelum melakukan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan anak.

 

Lantas, bagaimana menghadapi konflik akibat perbedaan pandangan seputar mitos pengasuhan? Pertama, Bunda dan Ayah perlu sepakat terlebih dahulu mengenai cara pengasuhan yang diinginkan bersama, agar memiliki pandangan yang sejalan sebelum nenek dan kakek terlibat. Kedua, ingat untuk selalu menghargai pendapat dan  usaha  nenek dan kakek untuk membantu Bunda. Ketiga, beri pemahaman kepada mereka,  bisa  dilakukan dengan menunjukkan artikel ilmiah atau video  yang membahas mitos-mitos tersebut. Bunda juga perlu tetap tenang, bukalah ruang diskusi dan respon saran pengasuhan dari nenek dan kakek dengan nada bicara yang santai, kata-kata yang netral atau tidak menjatuhkan mereka.

 

Mengasuh anak bersama dengan nenek dan kakek memang menjadi tantangan tersendiri. Namun bila co-parenting dengan nenek dan kakek dapat berjalan kompak, maka ada banyak manfaat bagi Si Buah Hati! Lingkungan keluarga yang hangat dan aman akan tercipta dan mendukung anak agar kelak memiliki kemampuan beradaptasi yang matang di lingkungan sosial.

 

Nah, selain memiliki kemampuan beradaptasi yang baik di lingkungan sosial, Si Buah Hati juga perlu tercukupi kebutuhan nutrisinya agar tumbuh kembangnya optimal. Untuk melengkapi asupan nutrisi hariannya, berikan segelas DANCOW Nutritods sesuai tahapan usianya.

 

DANCOW 1+ Nutritods adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus. Sementara DANCOW 3+ Nutritods adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus. Nah, bila Si Buah Hati telah berusia 5 tahun ke atas, Bunda bisa memberikan DANCOW 5+ Nutritods. DANCOW 5+ Nutritods mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zink, vitamin C, vitamin B6, B12, biotin, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

 

 

Referensi

Abdulah, M. (2020). What Happens When Grandparents Help Raise Children. Retrieved 23 November 2021 from https://greatergood.berkeley.edu/article/item/what_happens_when_grandparents_help_r aise_children

Antawati, D. I. (2020). Mother–Grandmother Co-Parenting in a Multigenerational Urban Family in Indonesia. 1st Borobudur International Symposium on Humanities, Economics and Social Sciences (BIS-HESS 2019) (pp. 1163-1169). Atlantis Press.

Debrito, J. (2017). When Mothers and Grandmothers Parent Children Together. Retrieved 23 November 2021 from

https://www.focusonthefamily.com/parenting/when-mothers-and-grandmothers-parent-c hildren-together/

Mathebula, M. (2021). Grandparents, Aunts and Cousins – The Dynamics of Co-parenting with Extended Family Members. Retrieved 23 November 2021 from https://www.artofsuperwoman.com/2021/05/10/grandparents-aunts-and-cousins-the-dyna mics-of-co-parenting-with-extended-family-members/

Wright, J. J. (2020). 4 Ways to Have Less Conflict When Co-Parenting with Grandparents. Retrieved 23 November 2021 from https://www.crosswalk.com/family/parenting/grandparenting/4-ways-to-have-less-conflict-when-co-parenting-with-grandparents.html

Image Article
Co-parenting Kompak bersama Nenek dan Kakek
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

A Bond of Trust: Bagaimana Membangun Kelekatan Emosional dengan Si Buah Hati?

Published date

Kelekatan emosional antara Bunda dan Si Buah Hati adalah aspek penting yang harus dibangun sedini mungkin. Kelekatan tersebut akan menjadi cermin baginya saat berhubungan dengan orang lain. Lantas, apa yang perlu Bunda lakukan?

 

“Hanya dua hal abadi yang kita berikan kepada anak-anak kita, yaitu akar dan sayap” - Johann Wolfgang

 

Bunda adalah sosok yang sangat signifikan bagi Si Buah Hati. Bahkan, sebelum Si Buah Hati melihat dunia dan bertemu dengan banyak orang, ia telah membangun interaksi dengan Bunda dari dalam kandungan. Hingga Si Buah Hati lahir dan tumbuh dewasa, pengalaman-pengalaman  bersama  Bunda  tidak  akan  tergantikan.  Pengalaman tersebut seperti akar yang kuat dan kokoh, menjadi pondasi Si Buah Hati untuk tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, dan gembira.

 

Sebagai pengasuh utama, Bunda adalah tempat pertama bagi Si Buah Hati belajar tentang hubungan. John Bowlby (1958), seorang tokoh di dunia psikologi, menyatakan bahwa kelekatan hubungan antara Bunda dan Si Buah Hati di usia awal perkembangan, akan memprediksi pola hubungan Si Buah Hati dengan orang lain di masa mendatang. Hubungan yang erat dan harmonis antara Bunda dan Si Buah Hati, akan meningkatkan rasa aman dan percaya diri Si Buah Hati, sehingga Ia menjadi lebih kompeten dalam membangun relasi sosial. Sebaliknya, bila hubungan tidak terjalin baik, maka Si Buah Hati cenderung merasa cemas dan kurang kompeten dalam relasi sosial, sehingga Ia sulit untuk dekat dengan orang lain. Oleh karena itu, sangat penting bagi Bunda untuk membangun kelekatan hubungan yang kuat sedini mungkin (Frothingham & Legg, 2019).

 

Kelekatan tersebut tidak hanya terbentuk dari aktivitas apa yang Bunda lakukan bersama Si Buah Hati, tetapi juga dari ikatan emosional yang terjalin saat keduanya berinteraksi. Bunda perlu membangun kelekatan emosional yang melibatkan kenyamanan, kesenangan, dan perasaan aman.

 

Yuk simak tips membangun kelekatan emosional bersama Si Buah hati!

  1. Hadir 100%

Tips ini adalah yang paling penting dan dan mendasar. Saat berinteraksi dengan Si Buah Hati, buatlah interaksi tersebut menjadi sangat optimal. Investasikan waktu bersama Si Buah Hati, simpan dahulu gadget dan jauhkan diri dari distraksi. Bunda perlu sungguh-sungguh memberikan perhatian pada Si Buah Hati, sehingga Ia tidak merasa diabaikan. Ikatan emosional akan terjalin saat Bunda mampu bersikap sensitif  dan  responsif  terhadap  kebutuhan  Si  Buah  Hati  (Cassidy,  Jones,  &  Shaver, 2013).

 

  1. Kontak Mata

Saat Bunda bersama dengan Si Buah Hati, tatap matanya. Tunjukkan bahwa Bunda benar-benar hadir dan siap untuk memenuhi segala kebutuhan Si Buah Hati. Kontak mata akan membuat Si Buah Hati merasa lebih tenang, Ia tahu bahwa dirinya aman saat berada di dekat Bunda.

 

  1. Sentuhan

Sentuhan memiliki manfaat yang sangat ajaib. Ekspresikan rasa sayang Bunda melalui sentuhan fisik seperti memeluk, mengelus kepalanya dengan kasih, atau menggenggam tangannya dengan hangat. Sentuhan ini akan menciptakan bonding dan ikatan emosional antara Bunda dan Si Buah Hati.

 

  1. Ajak Bicara

Tanyakan pada Si Buah Hati, bagaimana perasaannya saat ini? Bantu Ia mengenali setiap dinamika yang terjadi dalam hidupnya. Ketika Si Buah Hati berhasil melakukan sesuatu, berikan apresiasi. Ketika Si Buah Hati gagal, berikan Ia ruang aman untuk berekspresi. Dengan begitu, Si Buah Hati akan menganggap Si Buah Hati sebagai rumah, yang penuh cinta dan kasih sayang.

 

Membangun kelekatan emosional dengan anak membutuhkan proses, semuanya tidak berlangsung secara instan. Untuk itu, Bunda perlu sabar, konsisten, dan secara terus menerus  menginvestasikan waktu bersama Si Buah Hati, ya!

 

Selain membangun hubungan emosional yang baik, pastikan juga kebutuhan nutrisi Si Buah Hati terpenuhi. Nah, Bunda dapat melengkapi kebutuhan nutrisi Si Buah Hati sesuai tahapan usianya dengan DANCOW Nutritods.

 

DANCOW 1+ Nutritods adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus. Sementara DANCOW 3+ Nutritods adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus. Nah, bila Si Buah Hati telah berusia 5 tahun ke atas, Bunda bisa memberikan DANCOW 5+ Nutritods. DANCOW 5+ Nutritods mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zink, vitamin C, vitamin B6, B12, biotin, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

 

 

 

Referensi

Bowlby, J. (1958). The nature of the child’s tie to his mother. International Journal of Psychoanalysis, 39, 350–373.

Cassidy, J., Jones, J., & Shaver, P. R. (2013). Contributions of attachment theory and research: A framework for future research, translation, and policy. Development and Psychopathology, 65, 1415–1434.

Frothingham, S., & Legg, T. J. (2019). What Is Secure Attachment and How Do You Develop One with Your Child?. Diakses dari https://www.healthline.com/health/secure-attachment-2.

Image Article
A Bond of Trust: Bagaimana Membangun Kelekatan Emosional dengan Si Buah Hati?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Memahami dan Mengatasi Masalah Atensi Si Buah Hati di Kelas

Published date

Penting bagi orang tua untuk memahami ciri ciri tumbuh kembang anak saat memasuki usia prasekolah. Salah satu aspek tumbuh kembang yang perlu untuk diperhatikan adalah bagaimana Si Buah Hati dapat memberikan perhatian atau atensi pada aktivitas yang diberikan di kelas. Saat mengamati anak di kelas, beberapa orang tua menemukan Si Buah Hati justru sibuk bermain sendiri atau tidak memperhatikan gurunya. Saat melihat perilaku tersebut, Bunda saja berpikir, “Jangan-jangan anakku punya masalah fokus nih”. Sebelum melangkah lebih lanjut, Bunda dan Ayah bisa mencoba untuk mengenali proses Si Buah Hati dalam memberikan atensi terlebih dahulu.

 

Perilaku yang secara umum perlu untuk Bunda dan Ayah perhatikan untuk melihat tingkat atensi anak adalah tingkat keaktifannya, seberapa mudah mereka teralihkan, dan kemampuan mengontrol dorongan atau keinginan. Kemampuan anak dalam memberikan atensinya berkaitan dengan profil kemampuan kognitifnya dan karakteristik emosionalnya (Ruff, Capozzoli, & Weissberg, 1998). Proses atensi Si Buah Hati bisa dipengaruhi oleh kesesuaiannya dengan gaya belajar tertentu (misalnya: lebih senang mengamati atau sambil beraktivitas) dan juga kemampuannya dalam mengendalikan dorongan atau keinginan. Setiap anak bisa memiliki proses atensi yang berbeda-beda, tergantung pada profil mereka masing-masing.

 

Karena setiap anak memiliki karakter sesuai dengan profil mereka masing-masing, berikut maka terdapat beberapa penyebab anak sulit memberikan atensi yang perlu diperhatikan dan cara mengatasinya (OxfordLearning, 2018):

  1. Kurang terlatih untuk memberikan atensi dalam rentang yang cukup lama. Beberapa anak membutuhkan waktu untuk terbiasa dengan kegiatan di kelas yang mulai lebih terstruktur  dari  kegiatan  sehari-harinya.  Agar  Bunda  dapat  mengatasi  hal  ini  maka Si Buah  Hati  dapat  dibiasakan  memiliki  kegiatan  semi-terstruktur  di  rumah,  misalnya memiliki jadwal harian di rumah yang bisa didiskusikan bersama anak lalu menggambarkan atau menuliskannya di sebuah papan agenda.

  2. Ketika anak kurang termotivasi, dorongan untuk memberikan perhatian terhadap kegiatan menjadi lemah sehingga semakin mudah untuk terdistraksi oleh hal lain dianggap lebih menarik perhatiannya. Selama di rumah Bunda bisa mencoba mengamati kegiatan-kegiatan yang lebih disukai anak, lalu ceritakan lah kepada guru di kelas. Misalnya Si Buah Hati lebih tertarik mengamati binatang, dibanding menggambar.

  3. Pada  masa  tumbuh  kembangnya  setiap  anak  memiliki  potensi  masing-masing yang berpengaruh pada gaya belajarnya. Misalnya ada anak yang cocok dengan kegiatan melibatkan banyak gambar dan yang lebih nyaman terlibat aktivitas langsung. Ketidaksesuaian gaya belajar bisa saja membuat Si Buah Hati kesulitan menyerap informasi sehingga terkesan enggan mengikuti instruksi dan berkonsentrasi. Dalam mengatasi hal ini Si Buah Hati bisa diajak mengembangkan potensi melalui gaya belajar yang sesuai dengan potensinya. Setelah pondasi kemampuannya terbentuk, baru secara perlahan bisa dikombinasikan dengan gaya lain secara bertahap

  4. Perkembangan sosial-emosi sebagai salah satu dari ciri-ciri tumbuh kembang anak juga memiliki peran terhadap kemampuan anak dalam memberikan atensi. Jika Si Buah Hati memiliki masalah kecemasan, kesulitan beradaptasi, dan masalah keluarga lainnya yang memengaruhi kondisi emosionalnya, maka hal tersebut bisa mendistraksi dirinya dari kegiatan di kelas. Setiap masalah emosional pada anak memiliki prosesnya masing-masing, sehingga akan lebih baik jika orang tua berkonsultasi dengan ahli dan bekerja sama dengan guru. Si Buah Hati bisa saja memerlukan penyesuaian di awal terlebih dahulu dengan pendekatan secara individual oleh guru, agar kemudian perlahan dapat beradaptasi dengan baik.

  5. Kesulitan belajar seperti masalah pemusatan perhatian, persepsi visual, perkembangan bahasa, dan perkembangan kognitif bisa juga terjadi. Kondisi ini membuat anak kesulitan untuk berkonsentrasi, mengikuti instruksi, dan mengikuti proses pembelajaran. Pada kasus seperti ini alangkah baiknya jika orang tua berkonsultasi dengan ahli sejak dini agar dapat memulai perencanaan penanganan.

 

Memahami proses atensi sebagai salah satu ciri-ciri tumbuh kembang anak menjadi sangat penting bagi orang tua. Bunda dan Ayah dapat mengamati dan mengenali bagaimana Si Buah Hati dalam memberikan atensi sejak dari rumah. Setiap amatan akan membantu orang tua dan guru untuk berkolaborasi dalam memberikan penanganan yang tepat sesuai dengan potensi dan kesulitan masing-masing anak. Jangan ragu untuk melibatkan profesional agar Si Buah Hati dapat bertumbuh secara optimal dengan aman. Selain itu, pastikan Si Buah Hati mendapatkan nutrisi harian secara optimal. Nah, untuk melengkapi kebutuhan nutrisinya, Bunda dapat memberikan DANCOW Nutritods sesuai tahapan usianya.

DANCOW 1+ Nutritods adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus. Sementara DANCOW 3+ Nutritods adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus. Nah, bila Si Buah Hati telah berusia 5 tahun ke atas, Bunda bisa memberikan DANCOW 5+ Nutritods. DANCOW 5+ Nutritods mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zink, vitamin C, vitamin B6, B12, biotin, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

 

 

 

Referensi

Ruff, H.A., Capozzoli, M., & Weissberg, R.P. (1998). Age, individuality, and context as factors in sustained visual attention during the preschool years. Developmental psychology, 34 3, 454-64 .

OxfordLearning. (2018). 10 Reasons Your Child Can’t Concentrate in School (That Aren’t ADD). Retrieve 23 December 2021 from https://www.oxfordlearning.com/why-cant-my-child-focus/

Image Article
Memahami dan Mengatasi Masalah Atensi Si Buah Hati di Kelas
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Mengajarkan Anak Makan Sendiri agar Mandiri

Published date

Duh aku gak mau nyuruh anakku makan sendiri. Pasti bikin berantakan. Udah gitu, lama lagi makannya!” Apakah kata-kata ini sering terlintas di pikiran Bunda? Mendampingi anak yang sedang belajar makan sendiri memang merupakan salah satu masa yang melelahkan. Makanan yang dilempar, lantai yang jadi kotor, dan makanan yang tidak kunjung habis karena tidak dikunyah menjadi pemandangan sehari-hari  saat Bunda menemani Si Buah Hati makan. Mungkin seringkali Bunda mengambil jalan pintas dengan menyuapi Si Buah Hati agar segalanya bisa cepat selesai  dan rumah tidak kotor. Namun, Bunda tidak bisa terus menerus menyuapi Si Buah Hati, kan? Akan ada masanya dimana Si Buah Hati sudah harus bisa makan tanpa dibantu. Bagaimana ya cara mengajarkan anak makan sendiri? Yuk, simak artikel berikut ini.

 

Ajarkan Anak di Usia yang Tepat

Tahap awal yang perlu Bunda lakukan agar Si Buah Hati berani makan sendiri adalah mengajarkan Si Buah Hati di usia yang tepat. Terlalu awal mengajarkan Si Buah Hati akan membuatnya merasa  tertekan  sehingga  berisiko  membuat  Si  Buah  Hati  menghindari aktivitas makan. Nah, kapan ya usia yang tepat ini?  Salah satu cara mengajarkan anak makan makan sendiri saat ia sudah mampu duduk tanpa  dibantu. Hal ini terjadi saat Si Buah Hati berusia 8 hingga 12 bulan. Di rentang usia ini, Bunda dapat memberikan finger foods, yaitu makanan  yang  mudah  digenggam.  Hal  ini  berkaitan  dengan  perkembangan  motorik  halus Si Buah Hati,  dimana  idealnya  ia  sudah  mulai  menggunakan  ibu jari dan jari telunjuknya untuk mengambil makanan sendiri. Perkembangan motorik halus Si Buah Hati akan terus berkembang. Memasuki usia 1  tahun,  Si  Buah  Hati  sudah  lebih  kuat  menggenggam sehingga ia dapat mulai menggunakan  sendok  untuk  makan.  Nah,  di  usia  ini  lah  inilah Bunda dapat lebih sering mendorong Si Buah Hati  untuk  makan  sendiri  (Marotz  &  Allen, 2013). Selain sejalan dengan tahap perkembangan motorik  halus,  mendorong anak untuk makan sendiri di sekitar usia ini juga sesuai  dengan  tugas  perkembangan  sosio-emosional anak di usia yang sama.

 

Berikan Kesempatan pada Anak

Dari perspektif perkembangan sosio-emosional, di usia 18 bulan hingga 3 tahun, anak mulai merasa mampu melakukan berbagai hal secara mandiri. Kunci dari perkembangan anak di tahapan  usia  ini  adalah  kesempatan  untuk  mencoba  menjalani  rutinitas  sehari-hari, termasuk makan sendiri (Marotz & Allen, 2013). Saat memberikan anak kesempatan untuk makan sendiri, artinya Bunda membiarkan Si  Buah  Hati  makan  sendiri  tanpa  memberikan kritik berlebihan terkait perilaku makannya (Crystal Karges Nutrition,  2019).  Sebenarnya, dengan mengamati perilaku makan Bunda, anak sudah  memahami  perilaku  makan  yang benar. Akan tetapi, masih terbatasnya kemampuan motorik membuat  Si  Buah  Hati menampilkan perilaku makan yang kita nilai kurang baik (Marotz & Allen, 2013). Kesempatan yang Bunda berikan  kepada  Si Buah Hati untuk dapat makan sendiri akan membuat Si Buah Hati yakin akan kemampuannya. Dampak jangka panjang dari hal ini adalah Si Buah Hati tumbuh menjadi anak yang percaya diri. Sebaliknya, apabila Bunda cenderung melarang, Si Buah Hati akan tumbuh menjadi anak yang peragu (Marotz & Allen, 2013).

 

Percaya pada Anak

Pertanyaan yang berikutnya muncul adalah “Gimana ya biar berani kasih kesempatan buat anak? Takut deh kalau nanti tersedak. Atau jarinya luka kena garpu!” Jawaban dari pertanyaan ini merupakan poin terpenting dari apapun yang kita lakukan dalam mengasuh anak, yaitu rasa percaya (trust). Rasa percaya yang Bunda berikan secara tidak langsung akan dirasakan Si Buah Hati, dan memengaruhi tindakan mereka (Crystal Karges Nutrition, 2019). Saat Si Buah Hati merasa Bunda percaya kepadanya, ia akan terdorong untuk berani melakukan hal yang Bunda minta. Akan tetapi, saat Si Buah Hati merasakan keraguan Bunda, ia pun akan ikut menampilkan keraguan. Untuk mengurangi keraguan Bunda membiarkan Si Buah Hati makan sendiri, Bunda perlu percaya bahwa kemampuan untuk makan merupakan salah satu kemampuan bawaan pada anak. Artinya, anak pasti dapat menguasai kemampuan ini. Bunda juga perlu percaya bahwa kemampuan anak  untuk makan sendiri akan semakin baik seiring dengan kesempatan yang mereka peroleh (Crystal Karges Nutrition, 2019). Ingat, practice makes perfect!

 

Membiarkan anak makan sendiri mungkin membuat lantai kotor atau memperlambat waktu makan. Namun, membiasakan anak makan sendiri merupakan salah satu hal yang dapat membentuk anak menjadi pribadi yang percaya diri. Sebelum membiasakan anak untuk makan sendiri, Bunda perlu percaya bahwa Si Buah Hati pasti dapat makan dengan baik. Selain itu, Bunda juga dapat melengkapi kebutuhan nutrisinya dengan DANCOW 1+ Nutritods setiap hari.

 

DANCOW 1+ Nutritods adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

 

Jadi, sudah siapkah Bunda memberikan cara mengajarkan anak makan sendiri?

 

 

Referensi:

Crystal Karges Nutrition (2019). Healthy Kids: How to Raise Confident and Competent Eaters. Retrieved December 21, 2021 from https://www.crystalkarges.com/blog/healthy-kids-how-to-raise-confident-and-competent-eaters

Marotz, L. R., & Allen, K. E. (2013). Developmental profiles: Pre-birth through twelve. Wadsworth: Cengage Learning.

Image Article
Minta Anak Makan Sendiri? Siapa Takut!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off