Tips Mengajarkan Anak Puasa Setengah Hari

Published date

Bulan Ramadan merupakan waktu yang tepat untuk mengajarkan anak berpuasa dan melakukan berbagai amalan yang dapat membuat ibadah di bulan puasa semakin sempurna. Tak perlu langsung memaksanya untuk puasa sampai magrib, Bunda bisa memulainya dengan mengenalkan puasa setengah hari untuk anak dengan cara yang menyenangkan.

 

Manfaat Mengenalkan Puasa pada Anak Sejak Dini

Pada ajaran Islam, puasa adalah ibadah wajib bagi mereka yang sudah baligh atau dewasa. Namun anak-anak usia sekolah yang belum memiliki kewajiban untuk puasa bisa mulai latihan mengenalkan puasa pada anak sejak dini juga bukan hal yang dilarang.

Sebab, dengan mengenalkan puasa setengah hari untuk anak bisa membuat anak akan terlatih sejak dini sehingga akan terbiasa untuk berpuasa di saat usia dan kemampuan fisiknya sudah cukup untuk puasa secara penuh.

 

Persiapan Sebelum Mengajarkan Anak Puasa

Sebelum menjelaskan aturan puasa setengah hari untuk anak, berikut ini beberapa persiapan yang bisa Bunda lakukan untuk mengajarkan anak berpuasa dengan penuh semangat dan juga kondisi mental dan fisiknya tetap dalam kondisi baik.

  1. Memastikan anak-anak sudah siap secara fisik dan psikis untuk belajar berpuasa. Hindari untuk memaksanya karena dapat membuat Si Buah Hati menjadi tidak nyaman dan cenderung tidak menyukai ibadah puasa.

  2. Menjelaskan maksud dan manfaat daripada puasa Ramadan. Pastikan penjelasannya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan tanpa menakut-nakuti mereka.

  3. Berikan pemahaman bahwa meski nantinya Si Buah baru mampu untuk berpuasa setengah hari, namun mereka tetap bisa mendapatkan pahala karena sudah berniat untuk puasa. Sehingga anak pun tetap bersemangat untuk melanjutkan puasa keesokan harinya.

  4. Memerhatikan asupan makanan saat sahur dan berbuka. Berikan makanan bergizi seimbang untuk mencukupi kebutuhan gizi anak.
     

Baca Juga : Cara Baik Mendidik Anak agar Percaya Diri

 

Tips Mengajarkan Anak Puasa Setengah Hari untuk Anak

Agar puasa setengah hari anak berjalan dengan lancar, perhatikan beberapa tips yang bisa Bunda terapkan berikut ini.

  1. Memperkenalkan konsep berpuasa dengan bahasa yang sederhana, yaitu menahan hawa nafsu, rasa lapar, dan haus mulai dari terbit matahari hingga terbenam (magrib). Namun, bagi anak-anak diperbolehkan untuk berpuasa setengah hari atau zuhur.

  2. Memberikan contoh yang baik, yaitu dengan berpuasa dan melakukan amalan baik selama bulan Ramadan, seperti mengaji, sedekah, tarawih, solat wajib, atau membagikan makanan untuk berbuka puasa.

  3. Membangunkan Si Buah Hati saat sahur dengan lembut dan tanpa paksaan.

  4. Menyiapkan hidangan favorit anak-anak untuk sahur dan saat berbuka. Bila perlu, ajak Si Buah Hati untuk ikut menyiapkan aneka hidangannya, dengan begini mereka akan lebih semangat untuk berpuasa.

  5. Menerapkan aturan puasa setengah hari untuk anak, yaitu sahur bersama di jam tiga dini hari dan diperbolehkan untuk berbuka puasa di jam 10 atau 12 siang tergantung pada kemampuan tubuhnya.

  6. Memberikan asupan makanan dan minuman dengan gizi seimbang, yang mengandung karbohidrat, protein, sayur dan buah sebagai sumber vitamin, mineral, dan serat, serta cukup minum air putih. Selain asupan tersebut, Bunda juga bisa melengkapi gizi anak dengan memberikan susu karena mengandung sejumlah zat gizi yang diperlukan pada tumbuh kembang anak.

     

Bunda dapat memberikan DANCOW FortiGro dua kali sehari, baik saat buka puasa dan sahur untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi anak. DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6–12. DANCOW FortiGro juga mengandung kombinasi unik DHA dan zat besi untuk membantu Si Buah Hati lebih siap belajar jalani Ramadan. Berikan DANCOW FortiGro dua kali sehari, yakni saat sahur dan sebelum tidur agar ia tetap semangat belajar berpuasa.
 

Di dalam segelas susu DANCOW Fortigro mengandung gizi untuk mendukung proses tumbuh kembangnya, seperti:

  1. Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti seperti vitamin B1, B2, B3, B6, serta omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan box)

  2. Kandungan gizi pendukung daya tahan tubuh seperti zat besi, zink, vitamin A, C, & D

  3. Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium.

Manfaat DANCOW FortiGro tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. DANCOW FortiGro tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream.
 

DANCOW FortiGro juga dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum dengan pilihan rasa yang disukai anak, seperti Cokelat, Stroberi, dan Vanila. DANCOW UHT praktis dikonsumsi kapan saja dan di mana saja, termasuk untuk berbuka puasa di perjalanan.
 

Semoga tips mengajarkan puasa setengah hari untuk anak dapat membuat anak-anak lebih semangat untuk memulai latihan puasa dan menyambut Ramadan.

Image Article
puasa setengah hari untuk anak
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda Perlu Tahu Tanda-tanda Kurang Zat Besi Pada Anak

Published date

Bunda, saat Si Buah Hati seringkali terlihat lemas, pucat, tidak nafsu makan, berat badan susah naik, ada baiknya segera periksakan kondisi kesehatannya ke dokter, ya. Sebab ada kemungkinan bahwa apa yang dialami oleh Si Buah Hati merupakan tanda-tanda kurang zat besi. Jika tidak segera ditangani dengan baik, maka kondisi ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi yang pada akhirnya akan menghambat proses tumbuh kembang anak-anak. Agar lebih waspada, yuk simak penjelasan mengenai anemia defisiensi besi dan cara mengatasi anemia pada anak usia sekolah berikut ini!

 

Mengenal Anemia Defisiensi Besi pada Anak

Pada dasarnya, masalah anemia pada anak-anak merupakan kasus yang wajar terjadi, tak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan bahwa kelompok usia yang paling tinggi mengalami anemia defisiensi besi adalah mulai dari usia balita dan kekurangan zat besi menjadi penyebab utamanya. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk memenuhi kebutuhan zat besi pada anak dan mengawasi proses tumbuh kembang anak dengan baik sebagai salah satu tindakan pencegahannya.

Menurut informasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, anemia adalah kondisi saat tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah atau hemoglobin, sehingga distribusi oksigen ke sel dalam tubuh menjadi terhambat. Beberapa penyebab anemia pada anak usia sekolah antara lain:

  1. Kurang asupan makanan yang mengandung zat besi. Asupan zat besi bisa didapatkan oleh seorang anak melalui makanan yang dikonsumsinya, namun hanya sedikit jumlah zat besi yang bisa diserap oleh tubuh dengan sempurna.

  2. Terjadi kerusakan sel darah merah yang disebabkan masalah imun sehingga membutuhkan lebih banyak zat besi agar produksi sel darah merah atau hemoglobin juga meningkat untuk mencukupi kebutuhan oksigen dalam tubuh.

  3. Adanya masalah atau kelainan pada saluran pencernaan yang membuat penyerapan zat besi pada seorang anak menjadi kurang memadai.

  4. Kehilangan darah (perdarahan) yang menyebabkan penurunan zat besi dalam tubuh, misalnya akibat adanya perdarahan di saluran cerna, mimisan yang parah, dan cedera berat.

  5. Anemia pada anak usia sekolah juga bisa terjadi karena pada saat bayi mereka lahir lebih awal (prematur), lahir dari ibu yang menderita anemia atau masalah kesehatan lainnya yang menyebabkan mereka tidak memiliki simpanan zat besi yang cukup, atau tidak diberikan makanan pendamping ASI yang mengandung zat besi saat usia enam bulan.
     

Tanda-tanda Kekurangan Zat Besi pada Anak

Pada dasarnya, tanda tubuh anak kurang zat besi tidak akan terlihat jelas sampai akhirnya mereka didiagnosa mengalami anemia defisiensi besi. Nah, agar Bunda lebih waspada terhadap kesehatan Si Buah Hati, berikut ini beberapa ciri anak kurang zat besi seperti disebutkan dalam laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:

  1. Kulit Pucat

  2. Anak-anak cenderung lebih mudah merasa lelah atau kekurangan energi.

  3. Sering mengalami sesak napas atau nyeri dada, terutama saat beraktivitas.

  4. Sering mengalami sakit kepala.

  5. Detak jantung yang tidak normal (terlalu cepat).

  6. Kuku rapuh dan rambut lebih mudah rontok.

Ciri anemia pada anak di atas terjadi sebagai dampak kurangnya pasokan oksigen dalam tubuh karena kurangnya produksi sel darah merah atau hemoglobin yang sehat pada seorang anak yang bisa dimulai sejak mereka dalam kandungan, sejak lahir, kurangnya asupan makanan yang mengandung zat gizi, maupun kondisi lainnya.
 

Baca Juga : Cara agar Anak Jadi Pintar di Sekolah
 

Cara Penuhi Kebutuhan Zat Besi Anak

Cara efektif untuk memenuhi kebutuhan zat besi anak-anak usia sekolah dengan memberikan asupan yang kaya akan zat besi seperti daging merah, unggas, hati sapi dan hati ayam, makanan laut, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau gelap (bayam), serta makanan dan minuman yang diperkaya zat besi (sereal, roti, pasta) dan juga susu.

Selain asupan makanan, Bunda juga bisa bantu pemenuhan kebutuhan zat besi Si Buah Hati dengan memberikan susu DANCOW FortiGro. DANCOW FortiGro adalah susu yang diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah 6-12 tahun. DANCOW FortiGro mengandung tinggi zat besi dimana mengonsumsi 2 gelas sehari (pagi dan malam sebelum tidur) dapat membantu memenuhi kebutuhan asupan zat besi harian. Selain itu juga DANCOW FortiGro mengandung berbagai vitamin dan mineral yang dapat mendukung proses belajar Si Buah Hati.

Di dalam segelas susu DANCOW FortiGro mengandung gizi yang baik untuk mendukung proses tumbuh kembangnya, seperti :

  1. Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti seperti vitamin B1, B2, B3, B6, serta omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan box)

  2. Kandungan gizi pendukung daya tahan tubuh seperti zat besi, zink, vitamin A, C, & D

  3. Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium.
     

Manfaat DANCOW FortiGro ini tak hanya dapat dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh anggota keluarga dan juga aman dikonsumsi selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini DANCOW FortiGro tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream.

DANCOW Fortigro dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum dengan rasa yang disukai Si Buah Hati, yaitu Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis dikonsumsi kapan saja dan di mana saja, termasuk untuk bekal sekolah agar Si Buah Hati siap belajar!

Image Article
tanda tanda kurang zat besi
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Agar Tidak Panik, Kenali Tanda-Tanda Melahirkan Berikut Ini!

Published date

Tanda-tanda melahirkan bisa bervariasi antara setiap wanita dan setiap kehamilan. Tanda-tanda mau melahirkan bisa Bunda rasakan sejak tiga minggu sebelum tanggal perkiraan melahirkan hingga dua minggu setelahnya. 

Meski Bunda bisa merasakan adanya tanda kontraksi mau melahirkan, Bunda tidak dapat memprediksi kapan persalinan akan berlangsung karena setiap persalinan berbeda-beda. Namun, mengenai tanda-tanda awal persalinan akan memberi Bunda gambaran kapan persalinan akan segera dimulai sehingga Bunda bisa melakukan persiapan.

Tahap Persalinan

Persalinan membutuhkan proses yang panjang dan rumit. Umumnya, proses persalinan terbagi dalam tiga tahap. Berikut tahap-tahap persalinan yang akan Bunda alami:

Tahap Pertama

Tahap pertama persalinan terdiri dari kontraksi yang semakin lama, semakin kuat, dan semakin sering. Kontraksi ini akan membantu mendorong bayi Anda ke bawah dan leher rahim Anda terbuka (melebar) sehingga bayi Anda dapat lahir ke dunia.

Jika kontraksi yang Bunda rasakan berlangsung minimal 60 detik dan terjadi setiap 5 menit, inilah saatnya menghubungi bidan atau rumah sakit. Selama kontraksi, otot akan semakin menegang dan nyeri bertambah. Seiring mendekati persalinan, kontraksi akan menjadi lebih lama, lebih kuat, dan lebih sering.

Tahap Kedua

Tahap kedua terjadi sejak serviks melebar sempurna hingga bayi lahir. Saat memasuki tahap kedua persalinan, Bunda akan merasakan kontraksi yang lebih lama dan kuat, dengan jeda satu hingga dua menit di antaranya. BUnda juga akan merasakan peningkatan tekanan di pantat, keinginan atau dorongan untuk mengejan, kram gemetar, mual dan muntah, serta perasaan meregang dan terbakar di vagina.

Tahap Ketiga

Ketiga tahap ketiga persalinan berlangsung, janin telah dilahirkan dan diakhiri dengan keluarnya plasenta. Terpisahnya plasenta dari antarmuka uterus ditandai dengan tiga tanda utama, termasuk keluarnya darah di vagina, pemanjangan tali pusat, dan fundus uterus berbentuk globular pada palpasi.

Baca Juga: Kenapa Anak Susah Disapih? Ini Penyebab dan Cara Atasinya

Tanda-tanda Melahirkan yang Perlu Diketahui

Tubuh akan memberikan sinyal alami saat kelahiran sang buah hati semakin mendekat. Meskipun setiap wanita mungkin mengalami pengalaman yang berbeda, ada beberapa gejala umum yang harus Bunda perhatikan sebagai pertanda bahwa Si Buah Hati akan segera muncul ke dunia.

Bagi Bunda yang pertama kali akan melakukan persalinan, berikut tanda-tanda mau melahirkan anak pertama:

1. Peningkatan Kram dan Nyeri Punggung

Banyak wanita menyatakan  mengalami nyeri punggung, terutama nyeri tumpul di punggung bawah yang datang dan pergi menjelang persalinan. Nyeri punggung bisa muncul bersama kontraksi  atau bisa terjadi dengan sendirinya. Nyeri punggung ini terjadi karena posisi kepala bayi yang menempel pada tulang belakang Bunda. Saat kepalanya bertemu dengan sakrum (tulang ekor), Bunda akan merasa sangat tidak nyaman.

2. Posisi Bayi Mulai Masuk Panggul dan Turun

Mendekati persalinan, posisi janin mulai turun. Idealnya, posisi kepala bayi menunduk, menghadap punggung ibu dengan dagu menempel di dada dan bagian belakang kepala siap masuk ke panggul. Posisi dikenal dengan istilah presentasi cephalic, yang biasanya terjadi pada minggu ke-32 hingga ke-36 kehamilan. Pada usia ini, beberapa Bunda mengalami tekanan pada area pelvis atau kemaluan. Tidak heran jika banyak Bunda yang bertanya tulang kemaluan sakit apakah tanda akan melahirkan. Jawabannya adalah bisa jadi, karena di usia kehamilan ini kepala bayi menekan panggul.

3. Sendi Terasa Lebih Mengendur

Sebelum persalinan dimulai, Bunda mungkin merasa bahwa persendian di tubuh unda terasa lebih rileks. Hal ini adalah cara alami untuk membuka panggul agar mempermudah persalinan. Mengendurnya persendian ini terjadi akibat efek hormon relaxing yang diproduksi sepanjang kehamilan.

4. Kontraksi yang Sering

Tanda-tanda umum melahirkan adalah terjadinya kontraksi. Kontraksi adalah pengencangan otot-otot rahim. Saat kontraksi, perut menjadi keras. Di sela-sela kontraksi, rahim berelaksasi dan perut menjadi lunak. Rasa kontraksi pada setiap orang berbeda-beda, dan mungkin terasa berbeda dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya.

Tanda kontraksi mau melahirkan biasanya terjadi lebih intensif seiring mendekatnya hari persalinan. Hal ini membantu serviks melebar (terbuka) dan menipis (menipis) sehingga memungkinkan janin bergerak melalui jalan lahir.

5. Sering Buang Air Kecil

Seiring mendekatnya hari persalinan, Bunda akan merasa sering ingin buang air kecil. Hal ini disebabkan oleh kepala bayi yang menekan kandung kemih atau usus Bunda. Bunda juga bisa sulit mengontrol keinginan buang air kecil atau buang air besar.

6. Ketuban Pecah

Tanda-tanda melahirkan yang paling banyak dirasakan wanita adalah ketuban pecah. Ketuban adalah selaput berisi cairan yang menjadi bantalan bayi di dalam rahim.Saat ketuban pecah, Bunda akan merasa adanya tetesan kecil cairan yang keluar dari vagina secara tidak teratur atau terus menerus. Setelah kantong ketuban pecah, proses persalinan harus segera dilakukan. Jika tidak segera dilakukan, semakin besar risiko Bunda atau bayi Bunda terkena infeksi.

Sembari Bunda mempersiapkan diri untuk persalinan, ingatlah untuk menjaga kesehatan fisik dan mental Bunda. Mendengarkan tubuh, menjalani perawatan prenatal yang tepat, dan mencari dukungan dari dokter atau bidan adalah langkah penting dalam memastikan kelahiran yang aman dan nyaman.

Image Article
Agar Tidak Panik, Kenali Tanda-Tanda Melahirkan Berikut Ini!
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tahap Perkembangan Bayi 12 Bulan dan Stimulasi yang Tepat

Published date

Di tahun pertama kehidupannya, Si Buah Hati akan bertumbuh dan berkembang dengan luar biasa cepat. Sehingga, terkadang Bunda tidak menyadarinya.

Tidak hanya pertumbuhan secara fisik, seperti tinggi dan berat badan anak yang bisa bertambah hingga tiga kali lipat di usia satu tahun. Perkembangan motorik, kognitif, sosial emosional, dan bahasa Si Buah Hati juga penting untuk Bunda perhatikan di tahun pertama kehidupannya.

Karenanya, Bunda perlu tahu bagaimana tahap perkembangan bayi 12 bulan yang dimulai sejak hari kelahirannya. Simak juga stimulasi yang tepat untuk Si Buah Hati.

Pentingnya Memantau Tahap Perkembangan Bayi

Pertumbuhan bayi dapat dilihat dari bertambahnya ukuran fisik dan bentuk tubuh yang dapat dinilai dan diukur, seperti tinggi dan berat badan.

Perkembangan bayi dapat didefinisikan sebagai  berjalannya  fungsi tubuh dan kemampuan anak yang merupakan hasil kematangan berbagai sistem di dalam tubuh Si Buah Hati.

Perkembangan bayi dimulai dari yang awalnya sederhana meningkat hingga menjadi semakin kompleks. Sebagai contoh, bayi awalnya hanya akan mengoceh seperti tanpa arti, kemudian berkembang mengucapkan beberapa kata, dan bisa berbicara.

Tahap perkembangan bayi juga penting untuk diperhatikan, seperti halnya pertumbuhan anak. Beberapa perkembangan bayi seperti mulai tengkurap atau berdiri.

Dengan mengetahui tahap tumbuh kembang bayi memungkinkan orang tua untuk memantau bila terjadi keterlambatan tumbuh kembang anak. Karena jika terlambat dideteksi, gangguan tumbuh kembang anak bisa semakin sulit ditangani.

Lalu, apa saja tahap perkembangan bayi 0-12 bulan yang perlu diperhatikan?

Perkembangan Motorik

Kemampuan motorik dapat dibedakan menjadi dua, yakni motorik halus yang memerlukan pengendalian dan ketelitian dalam menggerakkan otot-otot kecil, seperti otot jari dan pergelangan tangan; serta kemampuan motorik kasar, yakni menggunakan otot-otot besar di tubuh untuk bergerak seperti merangkak dan berjalan.

Tahap perkembangan motorik bayi berdasarkan usia hingga 12 bulan, yaitu:

●    Bayi 2 bulan
Di usia ini, bayi sudah lebih leluasa menggerakkan kedua tangan dan kakinya. Si Buah Hati juga bisa mengangkat dan menahan kepalanya saat tengkurap.

●    Bayi 4 bulan
Usia 4 bulan, bayi dapat memasukkan tangan ke mulut, mengangkat dada dan kepala saat tengkurap, hingga berguling.

●    Bayi 6 bulan
Bayi mulai bisa duduk sendiri tanpa bantuan, bisa berguling dari kedua arah, serta menggoyangkan badan maju mundur.

●    Bayi 9 bulan
Di usia ini, bayi mulai merangkak, dapat bangkit dan duduk tanpa berpegangan, serta mulai berlatih berdiri sambil berpegangan.

●    Bayi 12 bulan
Bayi mulai dapat melangkah tanpa bantuan, duduk, dan mengangkat tubuh dengan berpegangan. Bunda dapat menempatkan Si Buah Hati pada permukaan lantai yang rata agar ia lebih banyak bergerak.

Baca Juga: Milestones Perkembangan Bayi

Perkembangan Kognitif dan Sensorik

Perkembangan kognitif penting untuk melihat bagaimana bayi berpikir, belajar, mengeksplorasi, mengingat, dan memecahkan masalah. Sedangkan, perkembangan sensorik berkaitan dengan pematangan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan sentuhannya.

Perkembangan kognitif sensorik bayi berdasarkan usia hingga 12 bulan, yaitu:

●    Bayi 2 bulan
Saat usia 2 bulan, bayi mulai bisa mengikuti pergerakan orang maupun benda menggunakan matanya, rewel saat merasa bosan, dan memperhatikan wajah orang yang dilihatnya.

●    Bayi 4 bulan
Bayi mulai mengenali objek atau seseorang yang dikenalnya dari jarak jauh. Juga semakin responsif terhadap kasih sayang yang diterimanya, dapat memperlihatkan apakah dia senang atau sedih.

●    Bayi 6 bulan
Rasa penasaran bayi semakin besar. Si Buah Hati akan mulai memperhatikan setiap objek di dekatnya dan mencoba meraihnya. Bayi juga mulai lancar memindahkan benda di kedua tangan.

●    Bayi 9 bulan
Di usia ini, bayi mulai suka memasukkan objek ke mulut, belajar memegang dengan jempol dan telunjuk, mencari benda tersembunyi atau terjatuh.

●    Bayi 12 bulan
Bayi 12 bulan dapat menirukan gerak tubuh, mengenali fungsi benda seperti cangkir untuk minum, menemukan objek tersembunyi, hingga mengikuti petunjuk sederhana.

Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

Kemampuan bahasa dan komunikasi pada bayi penting untuk menunjang perkembangannya. Si Buah Hati mempelajari bahasa dan berkomunikasi dari mendengarkan orang-orang di sekitarnya, terutama Bunda.

Awalnya, bayi hanya berkomunikasi dengan tangisan. Namun, seiring usia, kemampuan bahasanya juga terus berkembang.

●    Bayi 2 bulan
Di usia ini, bayi dapat mencari arah datangnya suara yang didengar. Si Buah Hati juga mulai aktif membuat suara-suara seperti "cooing".

●    Bayi 4 bulan
Bayi usia 4 bulan dapat menangis secara berbeda saat lapar, lelah, atau sakit. Si Buah Hati juga mulai menirukan dan mengulang suara yang didengarnya.

●    Bayi 6 bulan
Bayi mulai mengenali dan merespon saat namanya disebut. Si Buah Hati juga lancar membuat suara konsonan, dan menggunakan suara untuk menunjukkan emosi positif atau negatif.

●    Bayi 9 bulan
Bayi dapat mengenali dan menunjuk benda, memahami arti kata sederhana seperti "tidak", juga menirukan gerakan yang dilihat atau suara yang didengarnya.

●    Bayi 12 bulan
Bayi bisa menyebutkan kata sederhana, suara celotehannya lebih menyerupai kata, dan senang mengulang kata yang orang lain katakan.

Perkembangan Sosial dan Emosional

Di tahun pertama, bayi menjalin ikatan dengan orang tua yang memperhatikannya. Si Buah Hati juga dapat belajar tentang emosi dengan memperhatikan Bunda, memberi senyuman, dan menenangkan diri dengan bantuan Bunda.

Tahap perkembangan sosial emosional bayi usia 0-12 bulan yaitu:

●    Bayi 2 bulan
Si Buah Hati mungkin akan memulai kebiasaan menghisap tangan atau jarinya untuk menenangkan diri. Ia mulai sering mencoba melihat ke arah orang tuanya, dan tersenyum saat melihat orang lain.

●    Bayi 4 bulan
Si Buah Hati terlihat tersenyum dengan spontan dan mencoba meniru gerakan ekspresi wajah Bunda. Bayi menunjukkan perasaan bahagia saat diajak bermain dan kesal saat berhenti bermain.

●    Bayi 6 bulan
Bayi mulai dapat merespon emosi orang lain, senang diajak bermain, dan mulai bisa membedakan wajah orang yang dikenal dengan orang asing.

●    Bayi 9 bulan
Di usia ini, Si Buah Hati mulai menempel pada orang dewasa yang dikenalnya, dan malu atau takut pada orang tak dikenal.

●    Bayi 12 bulan
Si Buah Hati sudah dapat merasa sedih jika ditinggal pergi orang tua, memiliki mainan favorit, dan lebih sering menarik perhatian.

Pentingnya Stimulasi untuk Perkembangan Bayi

Stimulasi merupakan bentuk partisipasi pengasuh, baik orang tua maupun orang dewasa lainnya, dalam kegiatan yang bertujuan mendorong perkembangan bayi.1

Melalui pemberian stimulasi sejak dini, Bunda dapat merangsang tumbuh kembang Si Buah Hati, mengurangi risiko keterlambatan perkembangan, mendeteksi adanya gangguan, serta mencegah kelainan jangka panjang.2

Contoh Stimulasi Perkembangan Bayi 12 Bulan

Stimulasi untuk bayi bisa Bunda berikan sejak Si Buah Hati baru lahir. Berikut contoh stimulasi untuk setiap tahapan perkembangan bayi 12 bulan:

1. Stimulasi Perkembangan Motorik

●    Bayi 2 bulan 
Dekatkan objek, misalnya mainan, ke tangan bayi dan bantu Si Buah Hati agar meraih dan menggenggamnya untuk melatih kemampuan motoriknya.3

●    Bayi 4 bulan
Melatih motorik Si Buah Hati dengan menyediakan berbagai macam benda atau mainan di dekatnya agar dapat diraih. Pastikan objek dan mainan tersebut aman untuk bayi.4

●    Bayi 6 bulan
Posisikan tubuh bayi terlentang atau telungkup lalu letakkan mainan favoritnya di samping untuk mendorongnya berguling.5

●    Bayi 9 bulan
Bantu Si Buah Hati untuk belajar berdiri dengan menempatkannya di dekat meja atau kursi sebagai pegangan.6

●    Bayi 12 bulan
Berikan stimulasi motorik bayi 12 bulan dengan menempatkan Si Buah Hati di permukaan datar dan biarkan bermain dengan merangkak atau berguling untuk melatih gerakan tangan dan kakinya.7

2. Stimulasi Perkembangan Kognitif dan Sensorik

●    Bayi 2 bulan
Di usia ini, mata bayi sudah dapat mengikuti pergerakan objek atau orang. Bunda bisa memberikan stimulasi dengan menyebutkan nama benda atau orang yang menarik perhatian Si Buah Hati.8

●    Bayi 4 bulan
Berbicara kepada Si Buah Hati setiap hari dan ceritakan hal-hal di sekitarnya untuk menstimulasi perkembangan otaknya.9

●    Bayi 6 bulan
Di usia ini bayi mulai sering memasukkan benda ke mulut. Jadikan momen tersebut untuk mengenalkan berbagai macam nama benda kepada Si Buah Hati.10

●    Bayi 9 bulan
Berikan makanan berukuran segenggaman tangan Si Buah Hati untuk melatih motorik halusnya. Tetap awasi dan pastikan ukuran makanan tidak akan membuatnya tersedak.11

●    Bayi 12 bulan
Lakukan permainan mencari benda yang disembunyikan sebelumnya. Cara ini dapat menjadi stimulasi bayi 12 bulan melatih kemampuan kognitif dan menyadari bahwa benda yang tidak terlihat belum tentu hilang.12

3. Stimulasi Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

●    Bayi 2 bulan
Komunikasi bayi 2 bulan masih berupa suara-suara. Meski demikian, Bunda bisa memberikan respons dan mengajak bicara Si Buah Hati sebagai bentuk stimulasi keterampilan bahasa dan komunikasi.13

●    Bayi 4 bulan
Membacakan buku untuk Si Buah Hati dengan suara yang keras dan jelas. Bunda juga bisa menjelaskan setiap tokoh, binatang, atau objek di dalam cerita.14

●    Bayi 6 bulan
Berikan respon pada suara yang dibuat bayi seperti sedang berbincang. Mulai biasanya memanggil nama Si Buah Hati agar ia mengingatnya.15

●    Bayi 9 bulan
Sebutkan nama objek yang menarik perhatian Si Buah Hati untuk mendorong perkembangan bahasa dan komunikasinya.16

●    Bayi 12 bulan
Ajak Si Buah Hati saat berbincang dengan orang lain dan tanggapi ketika ia berupaya menirukan atau ikut berbicara.17

4.    Stimulasi Perkembangan Sosial dan Emosional

●    Bayi 2 bulan
Di usia 2 bulan, interaksi bayi lebih banyak dengan orang tua atau pengasuh. Bunda bisa memberikan stimulasi berupa kontak fisik atau skin-to-skin dengan Si Buah Hati. Selain menghangatkan, stimulasi ini dapat memberikan rasa nyaman kepada bayi.18

●    Bayi 4 bulan
Berikan stimulasi dengan tersenyum dan mengajak Si Buah Hati berbicara menggunakan suara yang lembut.19

●    Bayi 6 bulan
Sesekali ajak Si Buah Hati bermain di luar ruangan agar dapat berinteraksi dengan orang lain maupun teman seusianya.20

●    Bayi 9 bulan
Lakukan permainan meniru dengan Si Buah Hati menjadi yang memimpin dan Bunda yang menirukan gerakan. Tunjukkan ketertarikan pada setiap yang dilakukannya untuk mendorong perkembangan sosial emosionalnya.21

●    Bayi 12 bulan
Saat memakaikan baju anak, minta Si Buah Hati membantu dengan memintanya memasukkan tangan atau kaki ke baju atau celana.22

Untuk memudahkan dalam memantau perkembangan Si Buah Hati, Bunda bisa membuat tabel tumbuh kembang bayi sendiri dan memberi tanda ketika Si Buah Hati berhasil mencapainya.

Namun perlu diingat, perkembangan setiap bayi dapat berbeda satu dengan lainnya. Sehingga jangan terburu khawatir apabila Si Buah Hati sedikit terlambat dalam perkembangannya dibandingkan anak seusianya.

Tahap perkembangan bayi 12 bulan di atas hanya sebagai panduan. Apabila Si Buah Hati memperlihatkan tanda keterlambatan perkembangan, Bunda dapat berkonsultasi dengan dokter anak.

 

 

Sumber:

  1. Lissette Briones, Dante Contreras, Gabriel Otero, and Gustavo Soto (2021). Determinants of early childhood stimulation: Evidence using panel data from Chile. Early Childhood Research Quarterly. Volume 57. Pages 202-214. ISSN 0885-2006. https://doi.org/10.1016/j.ecresq.2021.06.006
  2. Importance of Early Stimulation - Unacademy. Retrieved May 27 2024 from https://unacademy.com/content/kerala-psc/study-material/child-development-and-welfare/importance-of-early-stimulation/
  3. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  4. Your baby's developmental milestones at 4 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-4-months
  5. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  6. Your baby's developmental milestones at 9 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-9-months
  7. Your toddler's developmental milestones at 1 year - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-toddlers-developmental-milestones-1-year
  8. Your baby's developmental milestones at 2 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-2-months
  9. Your baby's developmental milestones at 4 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-4-months
  10. Your baby's developmental milestones at 6 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-6-months
  11. Your baby's developmental milestones at 9 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-9-months
  12. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  13. Your baby's developmental milestones at 2 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-2-months
  14. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  15. Your baby's developmental milestones at 6 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-6-months
  16. Your baby's developmental milestones at 9 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-9-months
  17. Your toddler's developmental milestones at 1 year - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-toddlers-developmental-milestones-1-year
  18. Your baby's developmental milestones at 2 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-2-months
  19. Your baby's developmental milestones at 4 months - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-4-months
  20. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  21. 21 learning activities for babies and toddlers - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-care/21-learning-activities-babies-and-toddlers
  22. Your toddler's developmental milestones at 1 year - Unicef. Retrieved May 27 2024 from https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-toddlers-developmental-milestones-1-year
Image Article
perkembangan bayi 12 bulan
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Karakteristik Komunikasi Anak Usia Dini: Dari Meniru Hingga Berbicara

Published date

Tahukah, Bunda? Si Buah Hati sudah berkomunikasi dengan Bunda sejak masih bayi, bahkan sejak baru dilahirkan. Tentunya cara komunikasi bayi tidak sama dengan orang dewasa.

Bayi berkomunikasi lewat tangisan saat lapar atau merasa tidak nyaman.1 Saat bayi usia 3 bulan akan mulai membuat suara menderu atau cooing, kemudian mulai mengoceh dengan kata sederhana sekitar usia 6 bulan.2 Berbagai karakteristik komunikasi anak usia dini inilah yang membuat cara berkomunikasi dengan bayi dan anak kecil berbeda dengan orang dewasa.

 

Definisi Komunikasi Anak Usia Dini

Pernahkah Bunda mendengar istilah bahasa bayi untuk menyebut suara atau ocehan yang dibuat Si Buah Hati? Atau Bunda pernah merasa bingung ketika mendengar perkataan anak kecil dengan bahasa yang belum terlalu jelas sehingga sulit dimengerti?

Cara komunikasi anak usia dini yang terdengar belum jelas merupakan hal yang wajar, karena kemampuan bahasanya masih berkembang. Umumnya, anak baru akan bisa mengucapkan 1-2 kata pertamanya setelah berusia 1 tahun dan membuat kalimat pendek dua kata setelah menginjak usia 2 tahun. Meskipun belum lancar berbicara, namun Si Buah Hati sudah dapat memahami apa yang Bunda katakan dan memberikan respons melalui gestur tubuh, seperti mengangguk dan menggeleng.

Kemampuan bahasa Si Buah Hati akan terus berkembang seiring waktu dengan bertambahnya kosa kata yang diingat, panjang kalimat, kompleksitas struktur, dan tata bahasa kalimat yang diucapkan, serta kemampuannya menyampaikan isi pikirannya melalui kata-kata.

 

Karakteristik Komunikasi Anak Usia Dini

Komunikasi pada anak usia dini memang memiliki karakteristik tersendiri. Memahami karakteristik komunikasi anak usia dini dapat membantu Bunda untuk lebih mengerti bagaimana Si Buah Hati belajar berkomunikasi.

Beberapa karakteristik komunikasi pada anak usia dini, yaitu:

 

1. Meniru

Salah satu kemampuan yang dimiliki anak usia dini adalah meniru. Si Buah Hati dapat meniru suara, kata-kata, tindakan, hingga ekspresi wajah yang berguna untuk perkembangan bahasanya. Anak sudah dapat mulai menirukan gerakan sederhana seperti tepuk tangan sejak usia 8 bulan. Kemampuan meniru anak juga akan berkembang seiring bertambah usianya.

 

2. Menggunakan gestur tubuh

Selain meniru, karakteristik komunikasi anak usia dini lainnya adalah melakukan gerakan atau gestur tubuh. Gestur tubuh yang digunakan anak seringkali mengungkapkan pengetahuan yang tidak terungkapkan dalam kata-kata. Selain itu juga dapat mengungkapkan pikiran yang tidak terucapkan saat anak mempelajari hal baru.

 

3. Menyusun kalimat pendek

Anak usia dini umumnya sudah dapat memahami dan menggunakan beberapa kata dalam berkomunikasi. Bedanya, Si Buah Hati baru dapat menyusun kata-kata tersebut dalam kalimat pendek yang terdiri dari dua atau tiga kata seperti "mama lapar" atau "minum susu".

 

4. Berbica

Seiring usia, anak akan semakin lancar berbicara. Di usia 3 tahun, umumnya Si Buah Hati sudah bisa menyebutkan hampir seluruh benda di sekitarnya. Selanjutnya, anak akan semakin lancar berbicara dan dapat menyusun kalimat yang lebih kompleks sehingga mampu mendeskripsikan aktivitas yang sedang dilakukan.

Di usia 5 tahun, anak sudah dapat bercerita secara lebih detail dan lancar berkomunikasi dengan teman sebaya ataupun orang lain.

 

Tahap Perkembangan Bahasa dan Komunikasi Anak Usia Dini

Setiap anak berkembang dalam waktunya sendiri. Ada yang lebih cepat dan ada yang lebih lambat, termasuk dalam perkembangan bahasa.

Tetapi, secara umum ada tahap perkembangan bahasa dan komunikasi anak usia dini yang setidaknya bisa menjadi acuan Bunda dalam memantau Si Buah Hati. Berikut ini tahap perkembangan bahasa anak usia dini usia 0-5 tahun:

1. Usia 0-1 tahun

  • Membuat suara cooing dan mengoceh

  • Mengeluarkan suara yang berbeda ketika bahagia dan tidak nyaman

  • Merespons saat diajak bicara

  • Menirukan suara

  • Berkomunikasi dengan gestur tubuh

2. Usia 1-2 tahun

  • Mengucapkan kata pertama

  • Menirukan kata-kata sederhana

  • Perbendaharaan kata bertambah pesat

  • Menyusun beberapa kata dalam kalimat pendek

3. Usia 2-3 tahun

  • Memahami konsep ruang, seperti di dalam dan di atas

  • Menggunakan kata ganti

  • Memahami kata deskriptif, seperti besar atau luas

  • Menyusun kalimat dengan 3 kata

  • Pengucapan lebih baik meski masih ada bagian yang salah

4. Usia 3-4 tahun

  • Mengenal dan mengidentifikasi warna

  • Mampu menjelaskan fungsi benda

  • Dapat mengungkapkan isi pikiran dan perasaan

  • Mampu mengulang kalimat yang diucapkan

  • Dapat menceritakan aktivitas yang dilakukan

5. Usia 4-5 tahun

  • Lebih memahami konsep ruang yang kompleks, seperti "di antara"

  • Pelafalan semakin jelas dan lebih mudah dipahami

  • Mampu menjelaskan cara melakukan sesuatu

  • Mampu mengelompokkan kata, seperti binatang dan kendaraan

  • Mampu memberi jawaban penjelasan

6. Usia 5 tahun ke atas

  • Mampu menjelaskan urutan kejadian

  • Mampu terlibat dalam percakapan

  • Menjelaskan sebuah objek

  • Bercerita menggunakan imajinasi

Baca Juga : Cara Optimalkan Kecerdasan  Bahasa Anak 

 

Mengoptimalkan Kemampuan Komunikasi Anak Usia Dini

Kemampuan komunikasi dapat mendorong Si Buah Hati untuk mengekspresikan dan memahami perasaan, belajar dan berpikir, memecahkan masalah, serta menjalin hubungan sosial.1 Untuk itu Bunda perlu tips komunikasi dengan anak usia dini agar dapat membantu mengoptimalkan kemampuan komunikasi Si Buah Hati.

 

1. Sering berbicara kepada anak

Cara terbaik untuk mendorong kemampuan komunikasi Si Buah Hati yakni dengan banyak berbicara kepada anak. Gunakan sebanyak mungkin kata-kata yang berbeda. Cara berkomunikasi dengan anak kecil ini akan mendorong Si Buah Hati belajar mengenal lebih banyak kata dan maknanya.

 

2. Membaca buku bersama anak

Selain berbicara, Bunda bisa mengajak Si Buah Hati untuk membaca buku bersama. Saat membaca buku dengan suara jelas, Bunda bisa menekankan beberapa kata untuk menjelaskan penulisan dan pengucapannya. Cara ini juga baik untuk membangun literasi anak.

 

3. Bertanya kepada anak

Bunda bisa bertanya kepada anak untuk mendorongnya berani memberi jawaban. Cara ini baik untuk membangun komunikasi. Misalnya dengan bertanya "mau sarapan dengan lauk apa pagi ini?". Bunda juga bisa mendorong anak untuk menjelaskan alasan jawabannya.

 

3. Bertanya kepada anak

Bunda bisa bertanya kepada anak untuk mendorongnya berani memberi jawaban. Cara ini baik untuk membangun komunikasi. Misalnya dengan bertanya "mau sarapan dengan lauk apa pagi ini?". Bunda juga bisa mendorong anak untuk menjelaskan alasan jawabannya.

 

4. Bermain bersama anak

Bermain juga bisa menjadi media pembelajaran yang baik untuk anak. Bunda bisa mengajak bermain permainan kata, pura-pura bertelepon, atau permainan lain yang mendorong anak berkomunikasi dengan Bunda.

 

Demikian Bunda, penjelasan seputar karakteristik komunikasi anak usia dini hingga cara mengoptimalkan komunikasi anak usia dini. Semoga informasinya bisa bermanfaat!

Image Article
karakteristik komunikasi anak usia dini​
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Tips Efektif Melakukan Komunikasi dengan Bayi

Published date

Meskipun belum dapat berbicara, bayi sebenarnya telah mampu berkomunikasi sejak ia dilahirkan lewat tangisan pertamanya loh, Bunda. Menangis adalah salah satu bentuk komunikasi pada bayi. Saat menangis, bayi memberi tahu Bunda bahwa ada sesuatu yang salah atau membuatnya tidak nyaman, seperti merasa lapar, popoknya basah, kakinya kedinginan, lelah, atau ingin dipeluk dan digendong.

Selain tangisan, masih ada banyak bentuk komunikasi bayi yang perlu Bunda ketahui. Yuk, simak teknik komunikasi pada bayi dalam artikel berikut ini.

 

Pentingnya Berkomunikasi dengan Bayi

Meski belum dapat berbicara, bayi menggunakan cara komunikasi non-verbal atau karakteristik penyerta seperti gerak tubuh dan intonasi suara yang dikeluarkan. Ini menunjukkan bahwa sejak dini, bayi juga memiliki niat komunikatif untuk menyampaikan sesuatu. Keterampilan ini bukan hanya asal dari perkembangan bahasa saja lho, Bunda. Kemampuan ini juga menjadi tonggak penting perkembangan sosial-kognitif dan pengalaman sosial Si Buah Hati.

Ini menunjukkan berkomunikasi dan berinteaksi dengan bayi merupakan salah satu bagian penting dalam pertumbuhan mereka. Oleh karena itu, Bunda perlu memberikan respons untuk menjawab setiap sinyal komunikasi Si Buah Hati, seperti dengan tersenyum, berbicara, bernyanyi, atau membacakan cerita untuk memberi pengalaman sosial sejak dini.

Selain itu, Bunda perlu selalu melakukan kontak mata dengan Si Buah Hati saat berinteraksi. Penelitian menunjukkan bahwa kontak mata dengan Bunda memiliki banyak manfaat untuk bayi. Bayi mulai mempelajari perilaku yang lebih kompleks seperti berbagi perhatian, melakukan respons relasional, dan pembelajaran stimulus-respons dengan cara ini. Hal ini menjadi bentuk dasar komunikasi yang dilakukan oleh bayi.

Mengapa penting mengajak bayi berkomunikasi sejak dini? Berkomunikasi sejak dini dengan bayi akan membantu Si Buah Hati mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan keterampilan interpersonal di masa depan. Berbicara dengan bayi akan mengaktifkan sinapsis penting di bagian otaknya yang menangani bahasa. Oleh sebab itu, semakin banyak kata yang didengar Si Buah Hati, akan semakin kuat pula hubungan mentalnya.

Bukan hanya itu, kerap berkomunikasi dan berinteraksi dengan bayi juga akan memperkuat hubungan Bunda dengan Si Buah Hati, sehingga baik untuk seluruh pembelajaran, perkembangan, dan kepercayaan dirinya.

 

Jenis Komunikasi Bayi

Bayi terlahir dengan kemampuan komunikasi pertamanya, yakni menangis. Dengan menangis, bayi berusaha memberi tahu Bunda bahwa ia sedang lapar, merasa tidak nyaman, atau kesakitan. Namun, perlu Bunda ketahui, terkadang, bayi juga menangis tanpa alasan.

Selain menangis, jenis komunikasi bayi juga beragam pada usia 3 bulan pertama. Si Buah Hati akan menggunakan suara dan tubuhnya untuk berkomunikasi, seperti tersenyum, tertawa, membuat suara cooing (ahh atau ohh), serta menggerakkan tangan dan kaki saat merasa tertarik atau bersemangat.

Setelah berusia di atas 3 bulan, kemampuan komunikasi pada bayi akan meningkat. Contoh komunikasi pada bayi berusia di atas 3 bulan adalah mulai bisa berkontak mata, berinteraksi, dan menyaut dengan ocehan seolah sedang bercakap-cakap saat Bunda mengajaknya berbicara.

Saat menginjak usia 9 bulan, cara komunikasi pada bayi berkembang. Ia akan mampu menatap, menunjuk, menyentuh, dan meraih benda-benda yang menarik baginya. Adapun setelah berusia 12 bulan, bayi akan mulai bica mengucapkan kata-kata tertentu atau menyebut nama benda-benda di sekelilingnya.

Baca Juga : Stimulasi Bicara Anak Usia 1 Tahun 

 

Cara Memperkuat Kemampuan Komunikasi pada Bayi

Kemampuan komunikasi pada bayi akan terus meningkat seiring dengan bertambah usianya. Meski begitu, Bunda tetap perlu melakukan beberapa stimulasi untuk memperkuat kemampuan komunikasi Si Buah Hati. Berikut 2 cara mengembangkan kemampuan komunikasi bayi.

  • Sering berinteraksi dengan bayi

Interaksi yang intens antara Bunda dan bayi akan meningkatkan kemampuan komunikasi Si Buah Hati. Pada dasarnya, bayi menyukai suara Bunda. Oleh karena itu, sering-seringlah mengajak bayi berinteraksi, misalnya dengan berbicara, menyanyi, atau membaca. Bunda juga perlu merespons dengan antusias ketika bayi mengeluarkan suara ocehan atau tersenyum. Bunda juga bisa memberi tahu nama-nama benda yang dilihat bayi atau aktivitas yang dilakukannya.

  • Ajak bayi mengobrol

Mengobrol adalah salah satu cara efektif untuk memperkuat kemampuan komunikasi Si Buah Hati. Saat mendengar bayi bersuara, Bunda dapat mengulangi ocehannya dan menunggu Si Buah Hati menjawab ocehan. Lewat obrolan ini, Bunda dapat mengajari bayi tentang nada, tempo, dan bergantian saat berbicara dengan orang lain. Cara ini juga akan memberi pesan kepada bayi tentang pentingnya mendengarkan. Perlu Bunda ingat, jangan menginterupsi saat Si Buah Hati mengoceh. Sebaliknya, Bunda harus selalu menunjukkan ketertarikan pada ocehan bayi.

 

Tips Komunikasi Efektif dengan Bayi

Bunda dapat mengikuti beberapa tips berikut ini agar dapat berkomunikasi efektif dengan bayi:

  • Seringlah ajak bayi berbicara sembari melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, ajak juga bayi untuk bertanya jawab ya Bunda.

  • Dengarkan dan beri respons terhadap suara dan ocehan bayi.

  • Ajak bayi membaca buku setiap hari, mulai dari saat ia dilahirkan.

  • Nyanyikan lagu anak-anak dengan nada dan suara bervariasi.

  • Jadilah role model dengan berbicara menggunakan bahasa yang baik dan benar.

  • Buatlah kontak mata dengan bayi saat Bunda berbicara dengannya.

  • Batasi waktu menonton televisi atau ponsel untuk bayi. Sebab, terlalu banyak menonton televisi dapat mengganggu perkembangan kemampuan komunikasi Si Buah Hati.

Itulah tips yang dapat Bunda terapkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi pada bayi. Terus bersamai perkembang bayi agar ia tumbuh optimal dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, ya Bunda.

Image Article
komunikasi pada bayi
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Pentingnya Memahami Ragam Bahasa Bayi

Published date

Secara alami, bayi lahir dengan kemampuan belajar bahasa dan mampu menyerap informasi sejak dini.

Namun memang bayi membutuhkan waktu dan latihan untuk bisa mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Salah satu tantangan menjadi orangtua baru adalah memahami bahasa bayi dan apa yang mereka inginkan. Nah, dalam artikel ini akan dibahas cara memahami bahasa bayi dan hal-hal yang perlu diperhatikan.

Pentingnya Memahami Bahasa Bayi

Belajar berbicara merupakan bagian penting dalam tumbuh kembang anak. Mempelajari bahasa menggunakan kata-kata membutuhkan latihan dan pengulangan dalam waktu lama. Sebagai orangtua, memahami bahasa bayi dapat membantu mengembangkan keterampilan komunikasi Si Buah Hati.

Bayi belajar berkomunikasi dari orang-orang sekitar, terutama orangtua. Mereka mulai belajar bahasa dari mendengarkan orang tua berbicara dan memperhatikan ekspresi wajah.

Perkembangan Ragam Bahasa Bayi

Kecepatan bayi dalam belajar bahasa berbeda antara anak satu dan yang lainnya. Namun batasan yang dikenal sebagai milestone bisa menjadi panduan kemampuan anak dalam berbicara.

Usia 3 bulan

Di akhir usia 3 bulan, bayi Bunda akan melakukan:

  • Tersenyum saat Bunda atau Ayah muncul

  • Mulai mengoceh

  • Tenang atau tersenyum saat diajak berbicara

  • Suara tangisannya berbeda untuk kebutuhan yang berbeda

Usia 6 bulan

Di akhir usia 6 bulan, Si Buah Hati mungkin:

  • Membuat suara saat bermain

  • Mengoceh dan membuat berbagai suara

  • Mulai menggunakan suara untuk menunjukkan suka dan tidak suka

  • Menggerakkan mata ke arah suara

  • Menanggapi perubahan nada suara

  • Memperhatikan suara musik

  • Memperhatikan mainan yang mengeluarkan suara

Usia 12 bulan

Di akhir usia 12 bulan, bayi akan:

  • Mencoba menirukan suara ucapan

  • Mengucapkan kata sederhana seperti " dada", "mama", “papa”

  • Memahami perintah sederhana seperti "kemari"

  • Tahu kata sederhana seperti buku, sapi, sepatu, sandal, meja

  • Berbalik dan melihat arah suara

Usia 18 bulan

Di akhir usia 18 bulan, bayi akan:

  • Mengetahui nama orang, benda, bagian tubuh

  • Mengikuti perintah sederhana yang diberikan dengan isyarat

  • Bisa mengucapkan 10 ata atau lebih

Usia 24 bulan

Di akhir usia 24 bulan, bayi akan:

  • Menggunakan kalimat sederhana seperti minta susu

  • Mengajukan pertanyaan dengan dua atau tiga kata

  • Mengikuti perintah sederhana dan memahami pertanyaan sederhana

  • Bisa mengucapkan 50 kata atau lebih

  • Berbicara dengan cukup baik dan Bunda dapat memahaminya.

Baca Juga : Stimulasi Bicara Anak Usia 1 Tahun 

Bagaimana Bayi Belajar dan Memahami Bahasa Orang Dewasa?

1. Mengenal suara       
 

Saat bayi lahir, mereka sudah bisa mendengar dan membedakan suara dalam semua bahasa di dunia. Seiring bertambahnya usia si Buah Hati, mereka lebih peka terhadap bunyi atau suara dalam suatu bahasa atau fonem. Mereka bisa membedakan mana fonem yang bermakna dan tidak. Pada tahap ini, kemampuan mengenali dan menghasilkan suara tersebut disebut dengan kesadaran fonemik yang nantinya berkaitan erat dengan perkembangan bahasa pada bayi.

Cara terbaik untuk meningkatkan perkembangan bahasa bayi adalah dengan berbicara dengan anak. Bayi belajar bahasa, awalnya dari mendengarkan suara yang ada di sekitar mereka. Semakin banyak kata-kata yang mereka kenal semakin baik. Saat berbicara dengan bayi, Bunda bisa bercakap-cakap, kemudian tunggu sejenak agar bayi dapat merespons yang Bunda ucapkan.

2. Mengenal kata       
 

Pada tahap ini, bayi mulai mengenal kata dan maknanya. Misalnya kata "mama atau Ibu" mengacu pada sosok yang memeluk dan memberi ASI. Bunda bisa membantu memperkaya kata dan keterampilan bahasa Si Buah Hati dengan sering membacakan buku dan terus ajak berbicara. Sebab, penelitian menunjukkan bahwa cara belajar bahasa yang paling baik adalah dari berkomunikasi dengan orang lain.

3. Belajar menyusun kalimat       
 

Semakin besar usia anak, Si Buah Hati mulai belajar menyusun kata menjadi kalimat. Untuk mendorong perkembangan dalam tahap ini, Bunda perlu mencontohkan berbicara dengan kalimat yang benar dan berbicara dengan jelas, tatap mata anak, tidak menyela, dan beri kesempatan Si Buah Hati untuk berbicara. Bunda juga bisa mengajukan pertanyaan ke anak agar terjadi dialog.

Bahasa Bayi dan Maknanya

Ada ragam bahasa bayi yang disampaikan melalui tangisannya. Dalam metode Dunstan, disebutkan bahwa bahasa bayi memiliki bahasa universal. Ada lima suara dasar tangisan dalam bahasa bayi dan artinya dalam teori Dunstan:

  • Neh: Aku lapar

  • Eh: Sendawakan aku

  • Eairh atay earggghhh: Kentut atau ingin buang air besar

  • Heh: Tidak nyaman (panas, dingin, atau lengket)

  • Owh atau oah: Mengantuk.

Semoga informasinya membantu ya Bunda!

Image Article
Pentingnya Memahami Ragam Bahasa Bayi
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Bunda, Simak Permainan Agar Anak Cepat Bicara Berikut Ini!

Published date

Ada banyak permainan agar anak cepat bicara yang bisa Bunda lakukan bersama Si Buah Hati. Seperti yang kita tahu, salah satu cara yang efektif untuk merangsang kemampuan bicara anak adalah melalui bermain. Bermain adalah cara utama anak-anak berkembang, belajar, dan menjelajahi dunia.

Bermain dengan anak juga memberi Bunda banyak kesempatan untuk berbicara. Dan semakin sering Bunda bermain dan berbicara bersama Si Buah Hati, semakin banyak kata yang didengar mereka. Ini juga memberi Si Buah Hati kesempatan untuk mempelajari cara kerja suara, kata-kata, dan percakapan, yang tentunya membantu meningkatkan keterampilan berbicara anak sekaligus membantu perkembangan otaknya.

Pentingnya Bicara dalam Perkembangan Anak

Kemampuan berbicara dengan lancar memungkinkan anak untuk berkomunikasi dan mengembangkan kemampuan sosial mereka. Keterampilan ini juga memainkan peran penting dalam prestasi akademik dan mendukung penguasaan membaca dan menulis.

Ketika anak memiliki kemampuan bicara yang baik, mereka dapat berteman, didengarkan, menanyakan apa yang mereka butuhkan dan mengembangkan hubungan yang kuat dengan orang lain.1 Bisa dibilang, kemampuan ini merupakan dasar bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain, baik dengan anak seusianya atau orang dewasa

Umumnya, kemampuan bicara anak sebagian besar diperoleh dengan mudah pada usia balita-prasekolah. Pada usia 5 tahun, mereka umumnya sudah memiliki kosakata ribuan kata, membuat kalimat dengan tata bahasa yang kompleks, membedakan makna literal dan non-literal, seperti humor atau metafora, dan mengamati konvensi sosial dalam percakapan. Pada usia 8 tahun, mereka sudah bisa berbicara dengan ucapan yang matang.

Baca Juga : Stimulasi Bicara Anak Usia 1 Tahun 

Manfaat Permainan untuk Menstimulasi Anak Bicara

Bunda bisa mengajak Si Buah Hati melakukan permainan agar anak cepat bicara karena cara ini sangat efektif untuk membantu meningkatkan kemampuan tersebut. Permainan atau game membantu mendorong interaksi anak dengan orang lain yang berarti mereka belajar berkomunikasi.

Berkat motivasi dan interaksi yang tercipta antara anak dan orang tua saat melakukan permainan untuk stimulasi anak bicara, si Buah Hati dapat mengembangkan kemampuan bahasa dan perkembangan kognitifnya.

4 Permainan agar Anak Cepat Bicara

1. Bermain peran        
 

Salah satu permainan atau game stimulasi bahasa anak yang bisa Bunda lakukan bersama Si Buah Hati adala bermain peran. Saat bermain peran, anak akan aktif terlibat dalam berbagai dialog. Hal ini akan melatih anak berbicara lancar. Bermain peran juga meningkatkan imajinasi mereka sehingga akan muncul percakapan atau dialog antar teman. Setelah bermain, Bunda bisa mengajak Si Buah Hati berdiskusi tentang epran yang telah dimainkan dan kesan-kesannya usai memperagakan peran tertentu.

2. Bermain tebak-tebakan        
 

Permainan untuk stimulasi anak bicara berikutnya yang bisa Bunda lakukan bersama Si Buah Hati adalah bermain tebak-tebakan. Bermain tebak-tebakan akan membantu menciptakan keinginan anak untuk belajar bahasa, yang otomatis meningkatkan keterampilan berbicara. Permainan ini terbukti mampu meningkatkan pengucapan, kosakata, dan kefasihan anak dalam berbicara secara signifikan.

3. Permainan pesan berantai       
 

Permainan pesan berantai bisa dilakukan dengan permainan mengajak Si Buah Hati membisikkan satu kata atau kalimat kepada pemain berikutnya. Dengan permainan ini, anak bisa berlatih menyimak dan mendengarkan, yang otomatis melatih kecerdasan verbal, kerjasama, dan kemampuan bicara anak. Tentunya, permainan ini akan efektif jika dilakukan lebih dari 3 orang. Jadi, Bunda juga bisa mengajak saudara yang lain atau teman sebaya Si Buah Hati.

4. Bermain balok       
 

Tahukah Bunda balok juga bisa menjadi media permainan atau game untuk stimulasi anak bicara, loh. Sata bermain balok, anak bisa melatih kemampuan bicara dengan cara menjelaskan bentuk bangunan yang mereka susun. Saat bermain balok, anak bisa mengekspresikan bangunan mereka melalui kata-kata. Permainan ini akan memberikan hasil yang efektif jika dilakukan secara berkelompok karena anak bisa berinteraksi dan mempresentasikan ide yang dimilikinya melalui aktivitas berbicara.

Selain mendorong perkembangan bahasa anak dengan permainan, Bunda juga bisa membantu meningkatkan potensi Si Buah Hati dengan memenuhi kebutuhan nutrisinya bersama DANCOW.

DANCOW membantu memenuhi kebutuhan nutrisi Si Buah Hati sesuai dengan perkembangan tahap usianya. Untuk usia 1-3 tahun, Bunda bisa memberikan Si Buah Hati DANCOW 1+ Imunutri yang mengandung tinggi kalsium, vitamin A, E, C, Zink, protein, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi. Kandungan nutrisi dalam DANCOW 1+ Imunutri mendukung Si Buah Hati Lebih Bebas Bereksplorasi dan Tumbuh Percaya Diri.

Jadi lengkapi nutrisi si Buah Hati sambil terus stimulasi dengan permainan agar anak cepat bicara ya Bunda!

Image Article
Bunda, Simak Permainan Agar Anak Cepat Bicara Berikut Ini!
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Berkomunikasi dengan Anak Usia Dini yang Tepat

Published date

Komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak menjadi salah satu kunci dalam keberhasilan pengasuhan. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sangat penting untuk membangun hubungan positif. Selain itu, komunikasi yang baik juga membuat Bunda lebih mudah membicarakan topik-topik sulit dengan Si Buah Hati saat mereka tumbuh besar nanti.1 Bagaimana cara berkomunikasi dengan anak yang baik dan efektif? Simak ulasannya dalam artikel berikut ini.

Pentingnya Berkomunikasi dengan Anak Sejak Bayi

Bayi memang belum bisa bicara. Meski begitu, si Buah Hati tetap melakukan komunikasi dengan kita lho, Bunda. Mereka berkomunikasi dengan cara menangis untuk memberitahu Bunda dan Ayah bahwa mereka merasa lapar, tidak nyaman, atau sakit. Tapi, bayi tidak hanya menangis mereka juga memberi ekspresi seperti tertawa, tersenyum, mengeluarkan suara, dan menggerakkan tangannya sebagai bentuk komunikasi non-verbal.

Oleh karena itu, berkomunikasi dan memberi perhatian pada anak sejak bayi penting dilakukan. Bahkan penelitian membuktikan bahwa pengalaman pertama berkomunikasi dengan orang lain ini punya peran penting bagi kemampuan bahasa anak saat usia dini dan juga prasekolah.

Cara Berkomunikasi dengan Anak

Perlu Bunda ketahui, anak memerlukan komunikasi yang baik dengan orangtuanya, bahkan sejak mereka dilahirkan. Sebab, komunikasi yang baik sejak usia dini akan membantu memperkuat hubungan antara anak-anak dan orang tua. Cara berkomunikasi dengan anak kecil yang baik di antaranya adalah lewat tutur kata lembut, sikap hangat, dan responsif, supaya Si Buah Hati merasa aman dan tenteram di dunianya.

Berikut ini beberapa tips berkomunikasi dengan anak kecil:

  • Lakukan Kontak Mata

Kontak mata sangat penting dilakukan setiap kali Bunda berkomunikasi dengan Si Buah Hati. Sebab, kontak mata dapat menunjukkan bahwa Bunda aktif dan penuh perhatian dalam percakapan dengan Si Buah Hati. Kontak mata juga akan membuat komunikasi terasa terbuka dan transparan.

Kontak mata bahkan perlu dilakukan oleh orang tua saat berkomunikasi dengan anak sejak bayi. Penelitian menunjukkan bahwa meskipun penglihatan bayi masih terbatas, kontak mata tetap menjadi salah satu respons operan paling awal yang dapat diterima Si Buah Hati dan menjadi landasan penting dalam pembentukan keterampilan berkomunikasi di masa depan.

Baca Juga : Cara Optimalkan Kecerdasan  Bahasa Anak 

  • Aktif mendegarkan

Salah satu cara berkomunikasi dengan anak yang baik adalah Bunda harus lebih banyak mendengarkan saat Si Buah Hati berbicara atau bercerita. Dengan begitu, anak akan merasa bahwa orang tuanya tertarik dan peduli dengan apa yang sedang ia sampaikan. Saat Si Buah Hati berbicara, Bunda sebaiknya memberikan perhatian penuh, menghentikan aktivitas lain, menyamai level anak, serta merenungkan dan mengulang kembali apa yang ia katakan atau rasakan untuk benar-benar memahami kebutuhannya.

  • Sesuaikan cara komunikasi dengan usia anak

Agar dapat berkomunikasi secara efektif, Bunda juga perlu menyesuaikan gestur dan gaya bicara sesuai dengan usia anak. Orang tua perlu memahami cara berkomunikasi anak-anak dari berbagai usia agar tercipta interaksi yang efektif.

Cara berkomunikasi dengan anak usia sekolah, tentu berbeda dari bayi atau balita. Saat berkomunikasi dengan bayi berusia di bawah 1 tahun, Bunda harus cepat merespons bahasa non verbal mereka, misalnya dengan menenangkan saat menangis atau membalas senyuman Si Buah Hati. Pada anak berusia 1-3 tahun, Bunda juga perlu cermat dan tanggap merespons setiap ucapan dan gestur komunikasi yang mereka berikan.

Sementara itu, cara berkomunikasi dengan anak kecil usia prasekolah antara 3-6 tahun tentu berbeda lagi. Pada usia tersebut, anak mulai bisa berkomunikasi dengan kalimat lengkap, jadi sebaiknya Bunda mengajaknya berbicara dengan bahasa yang lengkap dan baik juga. Bunda bisa mengajak Si Buah Hati bercerita tentang kesehariannya atau hal-hal menarik lainnya.

  • Peka terhadap bahasa non verbal anak

Selain aktif mendengarkan celoteh anak, Bunda juga harus lebih peka terhadap bahasa non verbal mereka agar dapat menjalin komunikasi yang tepat dan efektif. Untuk itu, Bunda perlu membaca bahasa tubuh Si Buah Hati dan mencoba meresponsnya. Misalnya, ketika anak tampak lelah dan tidak bersemangat sepulang sekolah, Bunda bisa bertanya “Kamu tampak pendiam, apakah terjadi sesuatu di sekolah?”.

  • Beri nasihat yang rasional

Larangan dan kritik hanya akan membuat anak menarik diri dari komunikasi. Daripada memberikan larangan atau kritik semata, lebih baik Bunda memberikan penjelasan lengkap dan rasional kepada anak mengapa ada hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Dengan memberi penjelasan rasional, anak akan memahami dampak dari sebuah tindakan.

  • Gunakan kalimat positif

Saat berkomunikasi dengan anak, sebaiknya hindari frasa negatif, seperti “jangan”. Alih-alih kata jangan, lebih baik Bunda menggunakan kalimat positif saat memberi peringatan kepada anak. Misalnya, daripada kalimat “jangan memukul adikmu”, lebih baik ucapkan “bermainlah dengan baik bersama adik ya”.

Itulah beberapa tips dan cara berkomunikasi dengan anak yang dapat Bunda terapkan. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak akan membantu perkembangan kemampuan sosial dan emosional Si Buah Hati di masa depan.

Dukung pertumbuhan dan perkembangan Si Buah Hati dengan memberikan nutrisi yang dibutuhkannya, salah satunya susu pertumbuhan jika Si Buah Hati sudah berusia 1 tahun ke atas. DANCOW 1+ Imunutri adalah susu pertumbuhan yang diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 1-3 tahun, tinggi Vitamin A, C, E, Selenium, Zink, Tembaga, tinggi Kalsium, Vitamin D, Protein, dan mengandung DHA, Omega 3 & 6, Zat Besi.

Image Article
Bagaimana Cara Berkomunikasi dengan Anak yang Tepat?
Highlight Artikel
On
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Inilah Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini yang Perlu Diketahui

Published date

Bunda mungkin berpikir usia anak-anak adalah waktu bagi Si Buah Hati untuk bermain sepuasnya. Tapi, perlu Bunda ketahui bahwa usia dini adalah momen yang tepat untuk mempelajari hal baru  dan bermain merupakan salah satu cara bagi anak untuk belajar. 

Apa yang dipelajari Si Buah Hati di tahun-tahun awal kehidupannya, dan bagaimana hal itu dipelajari, dapat memberi efek jangka panjang terhadap kesehatan dan kesuksesannya saat anak-anak, remaja, bahkan hingga dewasa. 

Itulah mengapa, Bunda perlu memperhatikan pentingnya pendidikan anak usia dini bagi Si Buah Hati dan berusaha mengoptimalkannya.

Perkembangan Anak di Usia Dini

Perkembangan anak usia dini mengacu pada proses perkembangan kognitif, fisik, bahasa, sosial emosional, dan motorik di usia bawah 8 tahun. Tahun-tahun awal kehidupan tersebut sangat penting karena otak masih berkembang dengan pesat. 

Jika perkembangan di usia dini terganggu maka kemungkinan Si Buah Hati memiliki keterampilan yang lebih sedikit, serta kurang memperoleh manfaat dari sekolah. Dampaknya, kesempatan kerja dan peluang pendapatan anak lebih rendah ketika dewasa. 

Memberi anak pendidikan usia dini yang berkualitas dapat menjadi awal yang baik bagi kehidupannya dengan membuka peluang untuk Si Buah Hati belajar dan berkembang dengan lebih baik. 

Manfaat Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Untuk menegaskan pentingnya memberikan pendidikan bagi anak usia dini, Bunda perlu tahu manfaat apa saja yang bisa diperoleh Si Buah Hati dari pembelajaran di usia dini. Di Indonesia, Bunda dapat memberikan pendidikan usia dini kepada Si Buah Hati yang berusia di bawah 8 tahun dengan memasukkannya ke lembaga prasekolah, seperti PAUD dan Taman Kanak-kanak (TK).

Melalui PAUD dan TK, anak dapat memperoleh beberapa manfaat pendidikan usia dini bagi perkembangan kemampuan Si Buah Hati, di antaranya:

1. Mengembangkan kemampuan sosial

Manusia terlahir sebagai makhluk sosial. Karenanya, konsep sosialisasi sudah tertanam sejak anak berusia dini. Melalui PAUD, anak akan merasakan pengalaman jauh dari orang tua dan bertemu anak seusianya. Hal ini dapat membantu mengembangkan kemampuan sosial Si Buah Hati sejak dini. 

2. Mengembangkan kemampuan emosional

Selain kemampuan sosial, pada usia dini anak juga mulai belajar kemampuan emosional. Keterampilan ini menjadi dasar bagi Si Buah Hati untuk belajar kemampuan lain yang bermanfaat dalam kehidupannya.

Perkembangan kemampuan emosional anak yang sehat bisa didapat dari hubungan yang responsif dengan orang tua, anggota keluarga, pengasuh, maupun pengajar di TK dan PAUD sebagai lingkungan pembelajaran awal Si Buah Hati. 

3. Mengembangkan kemampuan motorik dan kognitif

Kemampuan motorik dan kognitif anak berkembang sejak usia dini. Perkembangan kedua kemampuan itu juga turut dipengaruhi aktivitas fisik anak. 

Pembelajaran di PAUD dan TK biasanya meliputi aktivitas fisik dan juga belajar. Dengan materi pembelajaran yang sesuai, pendidikan di usia dini dapat membantu perkembangan motorik dan kognitif Si Buah Hati.

4. Meningkatkan rasa percaya diri

Saat mengikuti pembelajaran di PAUD atau TK, anak akan dapat mengembangkan kemandirian dan memupuk rasa percaya dirinya. Si Buah Hati juga dapat belajar keterampilan pengaturan diri, seperti konsentrasi, berbagi, dan menunggu giliran.

Kemampuan pengaturan diri ini penting untuk membantu anak mengembangkan rasa percaya diri dan kemandiriannya, serta memungkinkan Si Buah Hati lebih memahami dirinya sendiri.  Hal ini turut menjadi pentingnya pendidikan karakter pada anak usia dini.

Baca Juga: Cara-cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak

Cara Mengoptimalkan Pendidikan Anak Usia Dini

Bunda sudah tahu pentingnya pendidikan anak usia dini, tapi bagaimana caranya agar Si Buah Hati mendapatkan manfaat perkembangan yang optimal? Ini beberapa hal yang bisa Bunda lakukan di rumah.

1. Membuka peluang interaksi anak

Fokus dalam pendidikan usia dini adalah anak. Meminimalkan risiko dan memaksimalkan peluang anak untuk berinteraksi dengan orang tua, pengasuh, pengajar, anak-anak sebayanya, dan lingkungan sekitar bisa menjadi strategi meningkatkan perkembangan sosial, emosional, fisik, dan kognitif Si Buah Hati.

2. Menjalin komunikasi orang tua dengan pengajar

Jika Bunda memasukkan Si Buah Hati ke PAUD atau TK, maka disarankan untuk menjalin komunikasi yang aktif dengan pengasuh atau pengajar. Secara rutin tanyakan perkembangan anak dan hal yang bisa dilakukan Bunda untuk membantu Si Buah Hati saat di rumah. 

3. Memastikan kesehatan dan kecukupan gizi anak

Tubuh yang sehat penting untuk pembelajaran anak di usia dini. Karenanya, Bunda perlu memastikan Si Buah Hati selalu sehat dan siap untuk belajar. Beri asupan makanan dan minuman bergizi kepada Si Buah Hati.

Untuk dukung proses belajar optimal, Bunda bisa berikan susu DANCOW 3+ Imunutri yang mengandung 0 gram sukrosa, tinggi kandungan zat besi dan zink, minyak ikan (DHA) serta Omega-3 dan Omega-6, juga tinggi Vitamin A, C dan E, atau DANCOW 5+, susu bubuk untuk anak dan keluarga yang mengandung 0 gram sukrosa serta nutrisi esensial vitamin B6, B12, Biotin, vitamin D, dan kalsium, minyak ikan (DHA) serta asam lemak omega-3 dan 6 , juga tinggi vitamin C, vitamin E, dan zink.

Itulah ulasan seputar pentingnya pendidikan anak usia dini yang perlu Bunda ketahui. Jangan lupa untuk selalu mendukung pendidikan Si Buah Hati agar ia tumbuh menjadi pribadi yang sukses di masa depan.

Image Article
Inilah Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini yang Perlu Diketahui
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off