Si Buah Hati Takut Berinteraksi? Ini 4 Solusinya

Published date

Setiap anak terlahir dengan karakter yang berbeda. Ada yang berani, ada pula yang cenderung pemalu. Psikolog anak Seto Mulyadi mengungkapkan dalam bukunya Membantu Anak Balita Mengelola Ketakutan bahwa anak berusia satu tahun biasanya memang masih takut menghadapi orang lain. 

Sebab, ia baru bisa mengidentifikasi lingkungannya. "Karena itu tidak jarang mereka memanggil ibunya dan meminta gendong, atau menangis bila sudah sangat tak nyaman," tulis Kak Seto.

Agar Si Buah Hati dapat mengatasi rasa takut, Bunda bisa mengajarkan padanya untuk tidak selalu bergantung dan belajar mandiri. Sebab kemandirian adalah refleksi kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah. 

Pelajaran kemandirian itu bisa dimulai dengan melatih anak makan sendiri. Ketika itu, biarkan ia mengeksplorasi makanan dengan alat makannya. Tugas Bunda adalah mengawasi keadaan yang tidak mampu diantisipasinya. 

Seperti saat ia menggerakkan tangan sehingga akan menjatuhkan piring atau gelas di meja, Bunda harus sigap menangkap piring atau gelas yang hampir jatuh itu. Namun, sebaiknya Bunda jangan terlalu banyak mengintervensi. Hal ini agar anak memiliki keputusan sendiri pada saat melakukan tindakan. 

Selain mengajarkan kemandirian, Bunda bisa membantu Si Buah Hati mengatasi rasa takutnya, sesuai dengan saran parenting dari Kak Seto, yaitu:

1. Hargai Perasaan Si Buah Hati

Takut merupakan suatu bentuk emosi wajar yang dapat diekspresikan seorang anak. Karena itu, Bunda jangan panik saat menghadapi situasi ini. Lakukan tindakan yang membuat Si Buah Hati merasa nyaman. 

Misalnya dengan memeluk atau menggendongnya. Bunda juga bisa mengalihkan perhatiannya dengan memperlihatkan hal lain yang disukai. Seperti mengatakan, "Eh dek, lihat tuh, ada burung."

2. Cari Tahu Penyebab Ketakutan Si Buah Hati

Bunda dan Ayah perlu tahu lebih dalam mengenai apa sumber ketakutan anak. Apalagi di masa balita, ia belum bisa menceritakan seluruh perasaannya. Bila Si Buah Hati takut berinteraksi dengan seseorang, tidak ada salahnya Bunda mencari tahu karakter orang tersebut. 

Apabila anak merasa cemas saat berada di satu tempat, Bunda bisa mencoba memahami situasi dan kondisi di daerah tersebut.

3. Ubahlah Pemahaman Si Buah Hati tentang Hal yang Menakutkan

Beberapa balita sulit berinteraksi dengan orang lain karena masih menyimpan rasa takut saat menghadapi hal baru. Terkadang hal itu dipengaruhi oleh imajinasi yang belum sesuai dengan kenyataan. 

Nah, Bunda dapat memberikan pemahaman dengan membiasakan anak menghadapi apa yang ditakutkan. Misalnya dapat memperkenalkan Si Buah Hati kepada beberapa teman main seusianya. Ini merupakan tahap awal untuk mengikis rasa takut untuk berinteraksi dengan orang lain. 

Salah satu tempat atau wadah yang bisa mengakomodasi kegiatan ini adalah kegiatan di daycare atau PAUD.

4. Berikan Gambaran Positif tentang Situasi Baru

Saat Si Buah Hati menghadapi situasi atau orang baru, bekali mereka dengan informasi positif. Misalnya dengan memperkenalkan nama serta hubungan orang tersebut dengan Bunda. 

Buatlah anak merasa tertarik untuk berkenalan dengan menceritakan hal unik tentang orang yang akan ditemuinya. Jika ia menunjukkan sikap diam atau tersenyum saja, maka hal itu sudah merupakan reaksi yang sangat normal.

Nah, sekarang Bunda bisa mulai melatih Si Buah Hati agar tidak canggung menghadapi situasi dan orang baru. Hal ini penting untuk mempersiapkannya saat akan masuk sekolah. 

Namun, Bunda juga harus ingat batasan-batasannya. Bekali ia dengan sifat keramahan dan sopan santun, agar bisa diterima dengan baik dalam pergaulan.

Bunda bisa mendukung aktivitas Si Buah Hati dengan memberikan Susu DANCOW 3+ Nutritods. Ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Si Kecil Takut Berinteraksi? Ini 4 Solusinya
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Siapakah Anak Generasi Alpha yang Sebenarnya?

Published date

Selamat datang Generasi Alpha! Inilah generasi anak-anak yang lahir pada rentang tahun 2011 hingga 2025. “Salah satu ciri khas generasi ini adalah mereka terlahir sebagai digital native, yaitu melek digital sejak usia yang sangat dini,” tutur Anastasia Satryo, M.Psi. Pakar perkembangan anak dari Universitas Indonesia ini menuturkan, generasi ini terpapar oleh teknologi secara terus menerus sejak mereka kecil. “Lihat saja telunjuk mungil mereka yang sudah akrab menyapu dan menggeser layar touchscreen smartphone ataupun tablet,” sambung Anas lagi.

Apakah paparan dan keakraban Si Buah Hati dengan teknologi akan membentuk karakter yang khas? Secara tegas Anas mengatakan, belum ada riset khusus tentang hal itu, meski demikian, paparan teknologi mungkin saja ikut mempengaruhi karakter anak. Berikut gambarannya:

  • Paparan informasi deras membuat anak menyukai hal-hal yang serba cepat

Anak akan terbiasa dengan derasnya informasi yang datang. Mereka bisa mengaksesnya kapan dan di mana saja.  Hal ini dapat berefek positif karena anak dapat mengakses informasi yang merupakan sumber belajar. Misalnya saja, anak dapat mengenal hewan bernama kanguru lewat gambar dan video lewat akses internet di handphone. Atau, anak dapat dengan mudah mewujudkan ide prakarya dengan melihat anak lain membuatnya melalui video.

  • Akses informasi yang mudah membuat Si Buah Hati jadi lebih kritis

Banyaknya informasi yang didapat membuat anak tumbuh menjadi pribadi kritis. Ia tidak serta merta mengiyakan apa yang dikatakan Ayah atau Bunda. Saat orang tua mengatakan, semua apel itu warnanya merah, mungkin saja ia segera memberikan interupsi karena ia pernah melihat apel berwarna hijau.

DAMPINGI Si Buah Hati!

Pengasuhan oleh orang tua tetap memegang peranan untuk menjadikan Si Buah Hati tetap kreatif dan tekun melakukan aktivitas.  Mendampingi Si Buah Hati juga penting agar informasi yang tidak bertanggung jawab dan tidak berguna sudah tersaring sebelum sampai ke tangannya.  Boleh jadi, karena Si Buah Hati selalu menuntut kecepatan dan menyukai yang instan, pada dirinya tidak tumbuh ketekunan karena ia tidak perlu repot mencari ide atau membuat karya sendiri .

Selain itu, keakraban Si Buah Hati dengan gadget perlu diatur agar ia tidak mengalami ketergantungan dan mengalami serangkaian efek samping. Bunda perlu tahu, ada banyak pengaruh yang dihasilkan gadget terhadap perkembangan anak, baik yang positif dan yang negatif. Jika positifnya adalah Si Buah Hati jadi tahu banyak hal, menangkap banyak inspirasi, dan memiliki akses terhadap berbagai informasi yang semakin membuatnya kritis, maka efek negatif utama dari alat yang terhubung dengan internet adalah kecanduan atau adiksi. Kecanduan gadget bisa dialami anak batita hingga orang dewasa. Kecanduan ditandai dengan waktu bermain gadget yang melebihi batas. Jika dilepas dari gadget-nya, Si Buah Hati jadi rewel dan tidak tahu harus melakukan apa. Dengan kata lain, ia tak bisa dilepaskan dari gadget-nya.

Baca Juga: 4 Nutrisi Penting untuk Optimalkan Proses Belajar Anak

Agar tidak terjadi kecanduan terhadap gadget, anak Generasi Alfa perlu mendapatkan perhatian pada hal-hal berikut:

1. Latihan seimbang pada kemampuan motorik

Bila anak dari generasi sebelumnya harus repot-repot menggambar atau membuat karya untuk menunjukkan ekspresi diri, saat ini anak Generasi Alfa bisa melakukan hal itu di  gadget-nya. Padahal, menggambar di layar tentu berbeda dengan menggambar langsung lewat goresan pensil atau kuas. “Dengan keberadaan gadget, berbagai permainan itu seolah menghilang, digantikan dengan berbagai permainan mengasyikkan di layar smartphone. Semua itu jelas dapat menghambat keterampilan motorik kasar dan halus anak,” ungkap Anastasia.

YANG DAPAT DILAKUKAN: Ajak anak melakukan aktivitas menggambar, menulis, membentuk lilin permainan/plastisin, main masak-masakan, memotong sayuran, memetik daun, dan menggunting kertas. Buatlah karya-karya sederhana bersama anak melalui berbagai aktivitas tersebut.  

2. Menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan

Menatap layar gadget terus-menerus membuat Si Buah Hati cenderung tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya. Jika dibiarkan, anak akan kesulitan berkomunikasi langsung dengan orang lain, sulit menumbuhkan empati terhadap kondisi tidak nyaman orang lain, dan kurang peduli terhadap yang terjadi di alam.

YANG DAPAT DILAKUKAN: Lakukan berbagai cara agar bercakap-cakap dengan sebaya atau mendengarkan Bunda dan Ayah mendongeng memiliki daya tarik lebih ketimbang bermain gadget. Di akhir minggu, sempatkan mengajak Si Buah Hati bermain “liar” di alam bebas dan bertemu dengan orang-orang dari berbagai kalangan yang bisa menumbuhkan empatinya. Bacakan cerita untuk pengantar tidur Si Buah Hati. Satu hal yang juga penting, jadilah contoh bagi Si Buah Hati, bagaimana menggunakan gadget  dengan bijak. 

3. Mengenalkan pentingnya proses dan sikap mandiri

Ada kemungkinan pengaruh gadget yang berlebihan membuat anak malas bergerak untuk membantu diri sendiri, sehingga maunya serba dilayani. Anak juga cenderung tidak sabar menjalani suatu proses karena ingin yang serba praktis seperti apa yang dilihatnya di gadget. Meskipun kecepatan dan kepraktisan bukanlah sesuatu yang buruk, tetapi tetap saja Si Buah Hati harus disiapkan untuk menghadapi kondisi yang tidak memungkinkannya memperoleh hal-hal tersebut.

YANG DAPAT DILAKUKAN: Libatkan anak dalam berbagai kegiatan di rumah, seperti membereskan mainan, mendekorasi kamar, memasak di dapur, bermain di alam terbuka, membuat mainan dari bahan-bahan bekas, atau mengundang teman-teman sebayanya untuk bermain bersama tanpa gadget. Melalui berbagai kegiatan dan interaksi langsung, Si Buah Hati terdorong untuk menjalani tahapan-tahapan atau proses membuat sesuatu. Kala menemukan masalah, ia pun dihadapkan pada keharusan menemukan solusi. Stimulasi seperti ini lambat laun akan menumbuhkan ketekunan dan kemandirian pada diri Si Buah Hati. 

Intinya, sediakan waktu sebaik-baiknya untuk melakukan berbagai kegiatan bersama Si Buah Hati.  dengan penuh kegembiraan. Bunda dan Ayah, jangan mudah menyerah menghadapi rengekannya, tetapi tunjukkan selalu rasa cinta yang besar.  Jadilah contoh baginya bagaimana mengimbangi waktu beraktivitas dengan gadget dan lainnya. Dengan kata lain, buat batasan ber-gadget tidak  sebatas aturan, tetapi lebih ke bagaimana melakukannya dengan memberikan contoh nyata. 

Jangan lupa untuk tetap memberikan nutrisi dukung tumbuh kembang Si Buah Hati dengan susu DANCOW. Bunda juga bisa tukarkan poin di program Parenting Rewards DANCOW. Yuk, tunggu apa lagi? Tukar poin sekarang!

Bunda, yuk baca juga artikel tentang generasi masa depan lainnya di artikel  “Gaya Orang Tua Millenial Mendidik Generasi Masa Depan”

Image Article
Siapakah Anak Generasi Alpha yang Sebenarnya?
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

5 Kegiatan Edukatif di Luar Rumah untuk Mengisi Liburan

Published date

Saat waktu liburan tiba, ada baiknya Bunda mulai merencanakan kegiatan mengisi liburan bersama keluarga. Rekreasi tak harus ke tempat wisata yang membutuhkan banyak biaya. 

Ayah, Bunda dan anak-anak bisa melakukan aktivitas sederhana yang seru di lingkungan sekitar rumah. Ada berbagai permainan yang bisa dilakukan di pekarangan atau lapangan dapat membantu stimulasi psikomotorik Si Buah Hati. Berikut beberapa di antaranya.

1. Berkebun

Aktivitas berkebun bisa dilakukan di taman atau kebun belakang rumah. Ajaklah anak-anak untuk membersihkan halaman dan menanam pohon. Gerakan yang dilakukan saat ia menggali, membuat lubang untuk menanam benih dan menutup tanah kembali bisa menstimulasi kemampuan motoriknya. 

Kegiatan berkebun juga sangat bermanfaat untuk memupuk rasa cinta anak kepada alam. Si Buah Hati bisa mengenal beraneka tumbuhan dan hewan yang ditemui di pekarangan. Bunda bisa mengajarkan tentang bagaimana cara merawat makhluk hidup dengan kasih sayang.

2. Bersepeda

Bersepeda mengitari kompleks perumahan sungguh menjadi aktivitas menyenangkan yang bisa dilakukan bersama anak. Ajaklah Si Buah Hati bersepeda ke taman perumahan, biarkan mereka bertemu teman baru dengan suasana yang menyegarkan. Aktivitas ini juga bisa menstimulasi psikomotorik anak. Gerakan kaki saat mengayuh pedal berfungsi untuk mengembangkan saraf motoriknya.

3. Bermain Layang-Layang

Bermain layang-layang di sore hari merupakan aktivitas luar rumah yang bisa dilakukan tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Selain menyenangkan, bermain layang-layang dapat meningkatkan rasa keakraban anak dengan orang tua. Ajak anak bermain sambil belajar membuat layang-layang sendiri. 

Hal ini akan menjadi pengalaman yang unik buat Si Buah Hati. Gerakan kecil seperti melipat, menggunting, mengukur dan memotong bulu saat membuat layang-layang dapat menstimulasi motorik halusnya.

4. Permainan Berburu Harta Karun

Sembunyikan beberapa hadiah, kue atau boneka di kebun. Kemudian, berikan peta petunjuk pada buah hati Bunda. Tantang dia untuk mencari dan menemukan "harta karun" tersebut. Jika perlu, ajak teman-temannya dalam permainan, agar semakin seru dan mengasyikkan. 

5. Berkemah di Halaman Rumah

Bila halaman belakang cukup luas, maka Bunda bisa merencanakan sebuah acara perkemahan sederhana bersama keluarga. Membangun tenda bersama di kebun, membuat api unggun sambil membuat makanan dan tidur dengan memandang langit tentunya seru bukan? Kegiatan ini akan mendekatkan seluruh anggota keluarga dalam suasana yang berbeda dari biasanya.

Dukung kegiatan edukatif anak dengan memberikan susu pertumbuhan yang mengandung probiotik, seperti Susu DANCOW 1+ Nutritods. Ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Masih banyak kegiatan seru lainnya yang bisa Bunda coba lakukan untuk mengisi liburan sederhana menjadi menyenangkan. Jangan lupa selalu mengingatkan Si Buah Hati untuk membersihkan diri setelah bereksplorasi di luar rumah. Selamat mencoba.

Image Article
Kegiatan Edukatif di Luar Rumah untuk Mengisi Liburan
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

2 Cara Menonton TV yang Aman Untuk Si Buah Hati

Published date

Televisi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Selain sebagai sarana hiburan, juga media informasi. Namun, tingginya tayangan khusus anak-anak seperti film kartun, kadang membuat Si Buah Hati justru menghabiskan waktunya seharian untuk menonton TV. 

Padahal, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan agar waktu menonton TV maupun screen time tidak lebih dari 2 jam per hari untuk anak-anak yang berusia di atas 2 tahun. 

Selain bisa berdampak bagi kesehatan mata, juga bisa menyebabkan kehidupan sosial khususnya tentang pergaulan pada Si Buah Hati menjadi kurang berkembang. Selain pembatasan waktu menonton, ketahui jarak aman melihat TV seperti berikut ini.

1. Duduk Terlalu Dekat atau Jauh dengan TV

Saat santai, mata cenderung melihat ke jarak menengah sehingga saat Si Buah Hati berfokus pada sesuatu yang terlalu dekat akan memaksa matanya terus bekerja. Jika dilakukan dalam jangka waktu panjang, akan menyebabkan mata mengalami kelelahan.

Duduk terlalu dekat dengan TV tidak menyebabkan kerusakan permanen pada mata, tapi menyebabkan kelelahan, yang berujung pada pandangan mata kabur. Demikian juga jika televisi terlalu jauh menyebabkan otot mata menegang untuk berfokus pada jarak tersebut. 

Untuk menemukan jarak optimal untuk televisi, cobalah membiarkan mata bersantai dan melihat dimana titik fokus alami untuk menempatkan televisi.

2. Dorong untuk Melakukan Aktivitas Lain

Cara terbaik untuk menjaga kesehatan mata adalah dengan membatasi waktu menatap layar elektronik. Stimulasi Si Buah Hati untuk melakukan aktivitas lain daripada hanya berada di depan TV, misalnya bermain dan bereksplorasi di luar rumah, membaca, berolahraga, dan bersosialisasi dengan teman di sekitar rumah. 

Tidak hanya tubuh menjadi lebih sehat, kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat mengasah proses belajar dan mengembangkan kemampuan kognitifnya. Cegah mata lelah dan menurunnya daya penglihatan, dengan mengatur jarak menonton TV yang tepat serta membatasi penggunaannya.

Dukung kesehatan Si Buah Hati dengan memberikan DANCOW 5+ Nutritods. Susu pertumbuhan ini yang mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zink, vitamin C, vitamin B6, B12, biotin, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Jarak Aman Melihat Layar TV
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Jangan Sampai Stres Merawat Keluarga ya, Bunda

Published date

Setiap orang tua pasti ingin melalui hari-harinya dengan tenang dan penuh energi, agar dapat mengurus keluarga dengan optimal. Ada banyak penyebab stres seperti faktor ekonomi, kelelahan fisik, dan kebosanan. Kondisi ini tidak hanya dapat merusak hubungan dengan anggota keluarga lainnya, tapi juga mempengaruhi tumbuh kembang Si Buah Hati, serta menurunkan sistem imunitas tubuh sehingga mudah sakit.

Luangkan sedikit waktu untuk melakukan langkah-langkah sederhana dalam menghilangkan stres, seperti berikut ini:

Evaluasi Gaya Hidup

Sebagai orang tua, penting untuk menjadi panutan yang baik bagi anak-anak. Pada tahapan usia yang cukup dini, Si Buah Hati menyerap informasi yang dilihat dan didengarnya, serta cenderung meniru gaya hidup dan bagaimana Bunda menyikapi stres.

Stimulasi kebiasaan baik sejak dini dengan mengubah gaya hidup, seperti makan makanan bernutrisi, kurangi kafein, olahraga teratur, dan berpikiran positif. Dijamin, stres akan berkurang dan lebih mudah menikmati kebersamaan bersama keluarga.

Membicarakannya Secara Terbuka

Jika Si Buah Hati mengalami penurunan nilai, nafsu makan berkurang, susah tidur, atau terlihat murung, ada kemungkinan stres yang Bunda alami berdampak pada proses belajarnya. Rendahnya tingkat komunikasi antara orang tua dan anak juga menjadi salah satu penyumbang tingginya tingkat stres dalam keluarga. Bicarakan bersama-sama untuk mencari solusi yang terbaik. Hal ini juga dapat mengasah kemampuan penyelesaian masalah dan kemampuan bahasa anak-anak.

Ciptakan Lingkungan yang Sehat

Rumah yang berantakan, tidak terurus, dan kotor dapat menyebabkan stres semakin parah. Luangkan waktu dan minta bantuan anggota keluarga untuk membersihkan dan merapikan rumah. Tempat tinggal yang tertata dan bersih akan mendukung stimulasi  suasana hati dan mood baik. Selain itu, membersihkan rumah dapat menjadi terapi yang baik untuk mengalirkan stres ke kegiatan yang lebih berguna.

Sediakan “Me Time” untuk Bunda

Terkadang, Bunda sangat fokus mengurus keluarga hingga melupakan dirinya sendiri. Bagaimana mau merawat orang lain, jika Bunda sendiri merasa lelah, lemas, bosan, dan tidak bersemangat? Jika stres mulai melanda, luangkan waktu untuk melakukan me-time, misalnya dengan berjalan-jalan pagi, melakukan hobi, berkumpul dengan teman, atau sekedar tidur untuk mengembalikan tenaga.

Relaksasi juga dapat dilakukan dalam waktu singkat di rumah. Ambil nafas panjang dan hembuskan secara perlahan, ulangi beberapa kali sampai merasa tenang. Agar dapat mengurus keluarga dengan baik, jauhi stres dan tunjukkan kasih sayang Bunda dengan sepenuh hati.

Image Article
Jangan Sampai Stres Merawat Keluarga ya, Bunda
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

3 Sopan Santun yang Diajarkan Saat Makan Bersama

Published date

Makan bersama keluarga merupakan sebuah kesempatan untuk berkumpul secara rutin dan menstimulasi ikatan yang kuat antara anggota keluarga. Untuk Si Buah Hati, kegiatan tersebut juga dapat memberinya perlindungan dan tempat tersendiri di dalam keluarga seperti yang dimuat dalam laman resmi milik University of Florida.

Melalui acara makan malam bersama, Bunda juga dapat mengajarkan sopan santun di meja makan atau table manner pada tahapan usia dini. Kebiasaan baik ini dapat membentuk karakter, sehingga mengalami tumbuh kembang menjadi orang dewasa yang berperilaku baik.

Berikut beberapa sopan santun sederhana yang dapat Bunda ajarkan kepada Si Buah Hati ketika makan bersama.

1. Gunakan Alat Makan

Dukung stimulasi Si Buah Hati untuk menggunakan alat makan yang sesuai. Jangan memegang makanan menggunakan jari, kecuali makanan tersebut memang ditujukan untuk dipegang menggunakan tangan. Kebiasaan ini juga dapat melatih kemampuan psikomotorik dan atensi.

2. Memasukkan Makanan ke Dalam Mulut

Jangan memasukan makanan terlalu banyak ke dalam mulut, selain tidak enak dilihat, hal tersebut juga dapat membuat Si Buah Hati tersedak. Ingatkan juga untuk mengunyah makanan dengan mulut tertutup dan tidak berbicara dengan mulut penuh makanan. 

Ajarkan untuk makan dengan perlahan tanpa terburu-buru untuk mengecap rasa dan mendapatkan nutrisi yang terkandung di dalamnya.

3. Sopan Santun Berbahasa

Latih Si Buah Hati untuk selalu mengucapkan terima kasih setiap kali makanan disajikan, maaf untuk menyela suatu pembicaraan, atau permisi untuk meminta ijin dan ketika meminta sesuatu yang tidak dapat diraih. Kemampuan bahasa ini merupakan sopan santun dasar yang wajib dikuasai oleh anak-anak.

Pujilah aksi cerdasnya ketika menunjukan sopan santun di meja makan, baik di rumah maupun di luar. Hal yang paling penting adalah jadilah panutan yang baik, karena anak-anak selalu memperhatikan orang tuanya dan meniru apa yang mereka lakukan.

Mengajari Si Buah Hati sopan santun bukanlah untuk mengesankan orang lain, melainkan memupuk rasa percaya diri, kepedulian terhadap sekitar, dan tenggang rasa, yang diharapkan dapat menjadi bekal di masa depan.

Bunda bisa mendukung perkembangan Si Buah Hati dengan Susu DANCOW 3+ Nutritods. Ini adalah susu pertumbuhan yang diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Makan Bersama, Langkah Mudah Kenalkan Si Kecil Table Manner
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Wah, Kuku Si Buah Hati Mulai Panjang

Published date

Merawat kuku Si Buah Hati tidak hanya dilakukan untuk menunjang penampilan, tapi juga penting bagi kesehatannya. Kuku panjang dapat menjebak kotoran dan kuman, serta menstimulasi goresan pada diri sendiri dan orang lain. Selain itu, kuku yang terlalu panjang dapat membatasi aktivitas bermain, proses belajar, dan perkembangan kemampuan psikomotoriknya.

Untuk melakukan pemotongan kuku yang berjalan mulus, gunakan tips berikut ini ya Bunda.

Gunakan Alat yang Tepat

Potong kuku Si Buah Hati dengan gunting kuku khusus, biasanya mempunyai ujung bulat atau tumpul sehingga memberikan perlindungan untuk kulitnya, demikian saran dari Larissa Hirsch, MD, yang juga menjadi editor kesehatan, Kids Health Organization. Hindari penggunaan gunting kuku berujung tajam hingga ia dapat duduk dengan tenang.

Waktu yang Tepat

American Academy of Dermatology menyarankan waktu terbaik untuk memotong kuku adalah saat Si Buah Hati baru bangun atau setelah mandi ketika tekstur kuku menjadi lembut. Selain itu, pastikan Bunda mendapatkan cahaya yang cukup saat memotong kukunya, misalnya pada pagi hari atau menggunakan lampu saat berada di dalam ruangan.

Meminta Bantuan

Dokter Larissa menambahkan, beberapa orang tua merasa lebih mudah menyelesaikan tugas memotong kuku dengan meminta bantuan dari orang lain, baik pasangan maupun anggota keluarga terdekat. Satu orang akan memegang dan menenangkan Si Buah Hati, sementara yang lainnya menggunting kuku.

Dukung stimulasi agar ia tetap tenang berada di pelukan atau pangkuan dan jaga agar tidak bergerak terlalu banyak. Bunda dapat mencoba menceritakan dongeng, bernyanyi bersama, atau sekedar mengajaknya mengobrol.

Temukan Posisi yang Tepat

Bereksplorasi mencari posisi yang baik dapat memudahkan orang tua memangkas kuku dengan efektif. Buktikan cinta Bunda dengan menempatkan Si Buah Hati pada pangkuan atau menunggunya sampai tertidur. Pegang telapak tangan dan jarinya dengan lembut, kemudian dengan tangan lainnya mulai potong kukunya dengan perlahan.

Ikuti tips-tips mudah di atas untuk memperlancar kegiatan pemangkasan kuku Si Buah Hati ya.

Image Article
Wah, Kuku Si Kecil Mulai Panjang
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

3 Tips Menjaga Kesehatan Si Buah Hati

Published date

Kesehatan anak merupakan hal penting dan menjadi fokus bagi para orang tua. Berawal dari kesehatan mata yang merupakan organ dan indera vital manusia, karena informasi tentang dunia sekitar seperti bentuk, warna, dan gerakan diambil oleh mata dan dikirimkan ke otak untuk diproses. 

Oleh karena itu, kesehatan mata penting untuk menunjang kegiatan bereksplorasi, peningkatan kemampuan kognitif, proses belajar dan tumbuh kembang anak. Berikut adalah tips kesehatan untuk menjaga kesehatan mata Si Buah Hati dari kerusakan.

1. Gunakan Kacamata Hitam

Terlalu banyak cahaya dapat merusak kesehatan pada anak, karena dapat menyebabkan masalah penglihatan di kemudian hari, seperti katarak. Penyakit ini terlihat seperti bayangan putih di lensa mata yang mencegah cahaya mencapai retina dan membuatnya sulit melihat, seperti yang dilansir di situs Kid’s Health

Penting untuk selalu memilihkan Si Buah Hati kacamata hitam yang nyaman dipakai olehnya dengan ukuran yang sesuai.

2. Cek Kesehatan Mata

Dokter anak dari DuPont Hospital for Children, Jonathan H. Salvin, MD, menyarankan untuk menjaga kesehatan anak dengan melakukan pemeriksaan kesehatan mata secara berkala, terutama jika Bunda melihat tanda-tanda Si Buah Hati seperti sering menggosok mata, mata memerah, sering pusing, memiringkan kepala saat menonton televisi, atau kesulitan melihat tulisan di papan tulis. 

Biasanya dokter mata akan memberikan sejumlah tes untuk memastikan mata tidak menderita gangguan penglihatan seperti rabun jauh maupun dekat.

3. Menjaga Kesehatan Mata dengan Makanan

Selain dengan memeriksa kesehatan mata secara rutin, Bunda juga perlu memberikan beberapa sumber makanan yang bisa menunjang kesehatan Si Buah Hati. Steven Pratt, MD, penulis buku Super Health dari Amerika Serikat, menjelaskan makanan yang mengandung antioksidan seperti lutein, omega-3, vitamin A, C dan E tak hanya baik untuk meningkatkan kesehatan anak saja, tetapi juga bisa menghindarkan mata dari beragam gangguan kesehatan sejak usia dini. 

Dr Pratt menyebutkan sumber nutrisi yang baik untuk menunjang kesehatan mata dapat diperoleh dari bayam, ikan Salmon, walnut, berries, brokoli dan juga kedelai.

Bunda juga dapat melakukan beberapa penanganan untuk mencegah gangguan penglihatan Si Buah Hati sejak dini yaitu dengan mengatur penggunaan TV dan gadget, memberikan makanan sumber vitamin A, seperti wortel dan pepaya. Bunda juga dapat memberikan susu pertumbuhan seperti DANCOW 1+ Nutritods.

Susu pertumbuhan ini juga dilengkapi dengan  protein yang merupakan komponen esensial menjaga kesehatan anak dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan Si Buah Hati. Susu ini merupakan produk susu yang diformulasi untuk anak Indonesia usia toddler 1-3 tahun, dengan kandungan 0 gram sukrosa, tinggi kalsium & protein, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan inulin dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus.

Image Article
Tips Menjaga Kesehatan Mata Anak
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

Cara Aman Lindungi Si Buah Hati dari Terik Matahari

Published date

Jalan-jalan maupun bermain-main di luar adalah kegemaran Si Buah Hati. Lindungi dirinya, seperti menggunakan topi maupun baju lengan panjang agar tidak terpapar sinar matahari berlebihan di siang hari.

Berjalan-jalan di luar rumah beserta Si Buah Hati memang menjadi salah satu kegiatan yang menyenangkan. Selain membiarkannya bermain dan bereksplorasi dengan bebas, dekat dengan alam dapat memberikan stimulasi yang baik bagi proses belajar dan tumbuh kembangnya.

Meski begitu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan sinar matahari juga bisa memberikan efek buruk seperti sunburn. Bahkan, IDAI menegaskan bila kanker kulit yang ditimbulkan dari efek buruk sinar matahari lebih mudah terjadi pada Si Buah Hati dibandingkan orang dewasa. Hal ini disebabkan kulit Si Buah Hati lebih tipis, sehingga rentan mengalaminya.

Lakukan beberapa tips di bawah ini untuk melindungi Si Buah Hati dari terik matahari.

Hindari Paparan Langsung Sinar Matahari

Mengajak Si Buah Hati berolahraga sambil menikmati hangatnya sinar matahari pagi memang bagus untuk memaksimalkan penyerapan vitamin D dalam tubuhnya. Namun, menurut IDAI sebaiknya hal itu tidak dilakukan pada kisaran jam 10 sampai 2 siang. Sebab, radiasi sinar matahari di jam tersebut sangat kuat.

Lebih Baik Berlindung dari Paparan Sinar Matahari

Niatan Bunda mungkin baik, mengajak Si Buah Hati jalan-jalan atau sebatas berada di luar rumah agar bisa menikmati udara segar. Meski begitu, jangan sampai Si Buah Hati terpapar sinar matahari langsung, terutama di siang hari. Lebih baik, menurut IDAI berteduh di bawah pohon atau menggunakan payung jika memang terpaksa harus keluar. Misalnya saja, pergi ke playground.

Menggunakan Pakaian Tertutup

Membiarkan Si Buah Hati bermain di luar ruangan memang bisa meningkatkan kreativitasnya. Apalagi banyak hal baru yang bisa dia eksplorasi di luar sana. Namun begitu, tetap berikan perlindungan dari paparan sinar matahari langsung menggunakan pakaian berlengan panjang atau tertutup.

Menurut IDAI cara ini dapat mengurangi efek negatif paparan sinar matahari langsung pada kulit Si Buah Hati. Pilihlah yang berbahan katun agar tidak terlalu panas namun tetap nyaman. Sediakan topi dengan daun yang lebar, agar perlindungan untuknya maksimal.

Menggunakan Tabir Surya

Tidak hanya orang dewasa, IDAI juga menyarankan penggunaan tabir surya untuk Si Buah Hati. Namun, dengan catatan anak tersebut berusia di atas 6 bulan. Selain itu, tabir surya yang digunakan berjenis physical sunscreen yang mengandung titanium oxide atau zinc oxide dengan SPF 30 atau lebih. Jangan lupa pilih yang berlaber broad spectrum dan waterproof. Aplikasikan tabir surya ini 15-30 menit sebelum bepergian atau berenang, pada bagian wajah, punggung tangan dan kaki, ujung telinga dan belakang leher.

Selain perlindungan dari luar, Si Buah Hati juga perlu perlindungan dari dalam. 

Berikan DANCOW 3+ Nutritods untuk Si Buah Hati. Susu pertumbuhan ini diformulasi untuk usia prasekolah 3-5 tahun, mengandung 0 gram sukrosa, tinggi zat besi, zink, minyak ikan, omega 3 & 6, serat pangan, tinggi vitamin A & C dan mikronutrien lainnya, serta Lactobacillus rhamnosus, untuk mendukung proses tumbuh kembang Si Buah Hati.

Image Article
Cara Aman Lindungi Si Kecil dari Terik Matahari
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off

8 Cara Tepat Memberi Larangan ke Si Buah Hati

Published date

Bunda, Si Buah Hati yang sudah berusia 3 tahun biasanya menunjukkan sikap mandiri ketimbang umur sebelumnya. Pada masa ini, Bunda tidak dapat memberikannya larangan seperti pada toddler

Menurut psikolog anak Ratih Ibrahim, anak pada tahapan ini sudah paham akan adanya sebab-akibat, juga mulai mengerti bahwa perilaku tertentu tidak disukai oleh orang lain. Karena itu, ada beberapa cara berbicara yang baik yang harus Bunda lakukan ketika melarangnya:

1. Jangan Terlalu Banyak Melarang

Ketika Bunda terlalu banyak melarang, Si Buah Hati akan merasa terkekang. Hingga bisa jadi ia memberontak atau bersikap tertutup dengan orang lain. Ada baiknya Bunda hanya memberikan larangan untuk hal yang memang harus ia hindari. Misalnya hal-hal yang membahayakannya.

2. Hindari Kalimat Negatif

Salah satu cara melarang Si Buah Hati yang baik adalah dengan mengganti kata larangan dengan kalimat positif. Misalnya, daripada berkata “Jangan bermain bola di dalam ruangan! ” lebih baik Bunda menggunakan kalimat “Yuk kita bermain di luar.” 

Bila Si Buah Hati merengek meminta permen ketika diajak ke pusat perbelanjaan, kalimat “Tidak boleh makan permen sebelum makan malam,” dapat Bunda ganti dengan, “Kita bisa makan permen bila sudah makan malam”. Kalimat positif ini akan mempengaruhi memorinya untuk selalu berpikir positif.

3. Melarang dengan Kalimat Pendek

Bunda sebaiknya memberikan larangan pada Si Buah Hati dengan kalimat yang singkat, jelas, padat, dan objektif. Bila berbicara terlalu panjang, kemungkinan besar ia tidak akan mengerti maksud larangan Bunda an merasa diceramahi. 

Dengan begitu, perkataan Bunda hanya akan masuk kuping kanan dan keluar telinga kiri. Jangan pula mendramatisir larangan. Bila melakukan itu, ia tidak akan mampu mengenali mana yang larangan dan mana yang bukan.

4. Latih Rasa Tanggung Jawab

Contohnya, bila Si Buah Hati bermain-main dengan gelas minuman dan menumpahkannya dari atas meja, berikanlah kain lap, lalu mintalah ia membersihkan tumpahan tersebut.

Dengan cara ini Bunda tidak melarangnya bermain lebih lanjut. Namun melatihnya agar bertanggung jawab atas perbuatan yang ia lakukan.

5. Berikan Pilihan

Bunda bisa pula melarang Si Buah Hati dengan tidak menjawab “ya“ atau “tidak“. Tapi berikan dia pilihan lain dalam menjawab permintaannya. Misalnya, bila ia meminta permen. 

Bunda dapat menjawab permintaannya dengan menawarkan pilihan buah atau roti. Dengan begitu, ia akan belajar bahwa Bunda menolaknya secara tidak langsung, namun tetap positif.

6. Berikan Alasan

Cara melarang Si Buah Hati yang baik adalah dengan memberikan penjelasan mengapa permintaannya tidak dikabulkan. Walaupun ia belum dapat memahami sepenuhnya, ini merupakan suatu proses belajar dan melatih jalan pikirannya. 

Suatu contoh, ia merengek dan memukul-mukul meja ketika diajak makan di restoran. Jelaskan bahwa perilaku itu mengganggu orang di sekitarnya. Walaupun belum tentu ia mau menuruti perkataan Bunda, setidaknya ia mulai belajar memikirkan lingkungan sekitar dan mulai dilatih untuk bertoleransi terhadap orang lain.

7. Berkata “Tidak“ Bila Terpaksa

Dalam kondisi tertentu Bunda mungkin terpaksa harus berkata “tidak“, terutama bila cara-cara di atas tidak berhasil. Meski begitu, ucapan tersebut tidak boleh emosional namun harus tegas. Sehingga ia tahu bahwa larangan ini adalah serius. Bahasa tubuh Bunda juga penting agar ia tahu bahwa benar-benar dilarang.

8. Hindari Permintaan Si Buah Hati

Sebelum Si Buah Hati meminta sesuatu yang tidak mungkin dikabulkan, antisipasi! Misalnya Bunda tidak akan membelikan mainan di toko. Maka ketika melewati toko tersebut, alihkan perhatiannya dengan hal lain.

 Misalnya berkata, “Gambar di dinding itu bagus ya Dek." Sehingga ia tidak tergiur dan ingat untuk meminta membeli mainan.

Image Article
Cara Tepat Memberi Larangan ke Si Kecil
Highlight Artikel
Off
Sticky Artikel
Off
Topik Artikel
Quiz Artikel
Off