Peran Ayah Milenial dalam Pengasuhan Anak
10-11-2020
Tidak hanya Bunda, Ayah juga punya peran penting dalam pengasuhan anak, apalagi di zaman sekarang. Para Ayah dan Bunda milenial cenderung berbagi peran dalam pengasuhan anak. Dibanding generasi terdahulu, peran orang tua di era digital ini memang berbeda. Dulu Ayah mungkin digambarkan sebagai satu-satunya sosok yang mencari nafkah dan bertanggung jawab pada semua urusan finansial. Sementara Bunda adalah sosok yang sepenuhnya bertanggung jawab pada perawatan dan pendidikan anak. Alhasil, keterlibatan Ayah dari generasi terdahulu dalam mengawal perkembangan anak terhitung minim dibandingkan dengan sekarang.
“Sekarang keterlibatan Ayah terlihat lebih tinggi meskipun ia mungkin satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga. Ayah bukan lagi sebagai sosok yang otoriter dan berjarak. Tetapi Ayah sekarang lebih menggambarkan figur yang hangat, playful serta terlibat aktif dalam pengasuhan anak,” ujar Adisti F. Soegoto M.Psi., Psikolog.
Ayah kini lebih banyak berperan dalam kegiatan bereksplorasi dan bermain Si Buah Hati, sehingga Si Buah Hati lebih kreatif dan kritis. Menurut Adisiti, ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh Ayah agar bisa terlibat aktif dalam pengasuhan anak. Misalnya saat Si Buah Hati akan berangkat tidur, Ayahlah yang membacakan dongeng sebelum tidur untuknya. Sosok Ayah yang hangat akan membuat Si Buah Hati senang punya waktu bersamanya.
Pembagian tugas antara Ayah dan Ibu dalam pengasuhan anak kini lebih banyak dikomunikasikan oleh keduanya. Kalaupun belum mencapai tahap tersebut, Bunda perlu paham latar belakang pola asuh yang didapat Ayah dari orang tuanya. Jadi, jika sebagian Ayah belum bisa terbuka dan sigap mengasuh Si Buah Hati, itu karena ia memang tidak disiapkan menjadi orang tua pengasuh. Tentunya dengan kemauan berubah dan beradaptasi, Ayah bisa menjadi teman bermain dan bereksplorasi Si Buah Hati yang seru.
Bermain Bersama
Para Ayah umumnya lebih mudah masuk ke dunia anak saat Si Buah Hati sudah menginjak usia 2 hingga 3 tahun. Di usia itu, Si Buah Hati sudah mantap dalam berjalan juga berlari, sehingga lebih banyak yang bisa dilakukannya bersama Ayah. Permainan sederhana seperti berlari-larian atau bermain sepeda di taman akan jadi waktu menyenangkan bagi Ayah dan Si Buah Hati.
Namun, karena di usia ini anak juga memasuki masa sulit diatur maka, “Akan ada banyak penolakan dari Si Buah Hati,” ujar Adisti. “Untuk itu, Ayah dituntut lebih kreatif untuk menangani hal ini. Misalnya, kreatif membujuk Si Buah Hati agar tidak menolak ajakan ataupun instruksi Ayah yang tentu saja disampaikan dengan cara menyenangkan.”
Ketika anak memasuki usia prasekolah, Ayah juga bangga menjadi sosok yang berteman baik dengan anak. Kedekatan ini ternyata bermanfaat untuk menyiapkan kemandirian saat Si Buah Hati memasuki masa belajar dan bermain bersama di kelas. Tanpa sadar, bermain dan beraktivitas bersama Ayah yang biasanya lebih seru, karena lebih dinamis dan mungkin sedikit agresif akan membentuk rasa percaya diri dan juga kemandirian pada Si Buah Hati, kata Adisti. Dua hal ini sangat diperlukan ketika Si Buah Hati mulai dikenalkan dengan kegiatan belajar di taman kanak-kanak.
Untuk mengetahui perkembangan Si Buah Hati di sekolah, Ayah bisa mengajaknya mengulang kembali kegiatan di sekolah atau bertanya soal apa yang ia alami di sekolah. Ajakan berkomunikasi dari Ayah membuat Si Buah Hati senang menceritakan pengalaman dan masalahnya. Kedekatan seperti ini tentunya sangat dibutuhkan agar anggota keluarga semakin kompak.
Hangat Bukan Permisif
Meski Ayah harus menjadi sosok yang hangat dan playful, bukan berarti Ayah lantas harus bersikap permisif atau serba membolehkan di hadapan Si Buah Hati. Bagaimanapun, Ayah perlu memegang kendali atau aturan. Namun tidak tepat juga kalau peraturan diberlakukan dengan pemaksaan dan amarah. “Kondisi-kondisi ini memang membuat anak patuh tetapi relasinya tidak sehat. Kuncinya adalah bagaimana kreativitas Ayah,” tambah Adisti. “Ayah perlu membuat waktu makan dan belajar misalnya jadi lebih menyenangkan. Hal ini akan membuat Ayah jadi tetap pegang kendali tetapi dengan cara yang lebih hangat.”
Manfaat keterlibatan Ayah dalam pengasuhan sangat dirasakan bagi Si Buah Hati. Menurut Adisti, anak jadi lebih terbiasa berdiskusi, berpikir kritis, kreatif, banyak bereksplorasi, dan berpikir lebih luas. Sebuah penelitian yang dilakukan Academics at the University of Newcastle pada 2008 menemukan, Ayah yang terlibat secara langsung membuat anak memiliki IQ lebih tinggi 10 poin. Stimulasi yang Ayah berikan kepada Si Buah Hati membuka komunikasi yang hangat, sehingga Si Buah Hati punya kemampuan berkomunikasi lebih baik. Bukti-bukti kedekatan Ayah dengan Si Buah Hati kini bahkan banyak kita jumpai di media sosial yang menjadi kebanggaan para Ayah.
Bunda yuk baca juga artikel tentang peran orang tua lainnya di artikel Kiat Mengasah Kreativitas Si Kecil